2024-03-29T08:42:37Z
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/oai
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/30
2023-11-30T07:19:10Z
mh:Ori
Epilepsy Surgery in Indonesia: Achieving Better Result with Limited Resources
Mutaqqin, Zainal
Background: Even with modern medication, 30 to 40% of epilepsy patients will be intractable and this condition leads to cognitive and psychosocial decline, resulting in worse quality of life and higher mortality. With 0.5-0.6% prevalence, there will be about 1.5 million epileptic in Indonesia, about 440.000 will be intractable, and 220.000 of them are potential candidates for epilepsy surgery (ES).  A decade has passed since the first ES performed on July 1999, and the number increases every year reaching 35-47 ES per year in 2007-2009. Despite  the excellent result shown, all of these ES were still performed in Semarang (Diponegoro University) while the patients were from all part of Indonesia. The major reason behind the unavailability of ES in most part of the country should be discussed for the sake of future development of ES in Indonesia.Material: Epilepsy surgery was started in July 1999 with anterior temporal lobectomy for a 34 Y-old female with left mesial temporal sclerosis (MTS) causing a long standing intractable seizures. The number of cases increases every year. Until the end of 2009, there were 238 cases of epilepsy surgery, including 212 anterior temporal lobectomies.  Among these, 106 cases had been follow up more than 36 months, and evaluated for surgical results.Method: To evaluate the patient’s selection and the presurgical evaluation, we divide the ES cases into the first 5 years ( 56 cases ) and the recent 5 years ( 182 cases ). But for the purpose of evaluating surgical results, only those with at least 36 months postoperative follow-up were included (106 cases) and grouped into those operated before or after the age of 25 Y-old (group A and group B), and into those operated before or after the length of epilepsy of 10 years ( group I and group II)Results: For the first five years-period, decision to operate were based on MRI and routine interictal EEG in 54 out of 56 TLE cases. One patient had long-term ictal EEG and another had subdural grid EEG implanted, since MRI in both patients showed visually normal MRI. For the last five years, decision to operate were based on MRI and routine EEG in 91 out of 156 TLE cases. Long term ictal EEG were performed in 46 patients, subdural grid EEG in 10 patients, PET study in 7 patients, and EcoG in 2 patients. The overall seizure free (SF) rate were 70.75%, but if grouped according to patient’s age at surgery ( less than or over 25 Y-old ), the SF rates were 75.4% vs 66.04% respectively. So did if grouped according to length of disease ( less than or more than 10 years ), the SF rates were 78.72% vs 64.40% respectively. Conclusion: MRI plays very important role to decide the side of the epileptic temporal side, but this role is decreasing as it was 96.4% during the beginning five years to become 58.34% for the last five years. This means that we are working on more difficult epilepsy cases recently. SF rate was significantly higher for those who was operated at younger age and for those with shorter duration of epilepsy. This means that surgery should be offered earlier for those intractable TLE patients with obvious focus on MRI.
RSUP Dr. Kariadi
2023-11-30
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/30
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 1 No 1 (2012): Medica Hospitalia
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 1 No. 1 (2012): Med Hosp; Mei 2012
2685-7898
2301-4369
ind
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/30/155
Copyright (c) 2014 MEDICA HOSPITALIA - JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/31
2022-11-17T03:03:31Z
mh:Ori
PERBANDINGAN EFEKTIVITAS ONDANSETRON DAN TRAMADOL INTRAVENA DALAM MENCEGAH MENGGIGIL PASCA ANESTESI UMUM
Arifin, Johan
Sanjaya, Yosie Arif
Latar belakang : Menggigil pasca anestesi merupakan komplikasi yang cukup sering terjadi, menimbulkan keadaan yang tidak nyaman dan menimbulkan berbagai resiko. Selama ini obat yang digunakan untuk mencegah atau mengatasi menggigil mempunyai efek samping mual, muntah, sedasi dan depresi napas. Tujuan penelitian adalah membuktikan pemberian ondansetron 0,1 mg/kgBB intra vena sebelum induksi anestesi lebih efektif dibandingkan dengan pemberian tramadol 2 mg/kgBB intra vena sebelum induksi anestesi dalam mencegah menggigil pasca anestesi umum.Metode : Penelitian eksperimental "randomized post test only controlled group" pada 72 pasien usia 16-40 tahun yang menjalani operasi selama 1-2 jam dengan anestesi umum. Tanda vital (tekanan darah, laju jantung, saturasi oksigen serta suhu tubuh aksila) diukur 5 menit sebelum induksi dilanjutkan randomisasi. Pasien dibagi menjadi 3 kelompok : Kelompok O mendapatkan ondansetron 0,1 mg/kgBB, kelompok T mendapatkan tramadol 2 mg/kgBB dan kelompok K mendapatkan NaCl 0,9%. Setelah perlakuan dilakukan induksi anestesi sesuai dengan standar. Tanda vital diukur segera setelah ekstubasi dan tiap lima menit selama 15 menit. Uji statistik dengan One-way Anova dan Kruskal Wallis dengan derajat kemaknaan p < 0,05.Hasil : Kejadian menggigil pada kelompok tramadol terjadi pada 5 pasien (20,8%), pada kelompok ondansentron 4 pasien (16,7%), (p=0,482). Sedangkan antara kelompok ondansentron dan tramadol dengan kelompok kontrol, menunjukkan perbedaan yang bermakna (p < 0,05). Perbedaan suhu tubuh kelompok ondansetron dan tramadol tidak bermakna. Lima pasien (20,8%) pada kelompok tramadol mengalami mual muntah sedangkan kelompok ondansetron tidak didapatkan efek samping (p < 0,05).Kesimpulan : Ondansetron 0,1 mg/kgBB dan tramadol 2 mg/kgBB intra vena mempunyai efektifitas yang sama dalam mencegah menggigil pasca anestesi umum, tetapi ondansetron mempunyai efek samping yang lebih sedikit dibandingkan tramadol.Kata kunci: menggigil pasca anestesi, ondansetron, tramadol.
RSUP Dr. Kariadi
2013-02-08
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/31
10.36408/mhjcm.v1i1.31
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 1 No 1 (2012): Medica Hospitalia
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 1 No. 1 (2012): Med Hosp; Mei 2012
2685-7898
2301-4369
ind
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/31/23
Copyright (c) 2014 MEDICA HOSPITALIA - JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/32
2022-11-17T03:03:31Z
mh:Ori
PENGARUH PEMBERIAN KETAMIN DOSIS 0,1, 0,2 DAN 0,4 mg/kgBB TERHADAP KADAR NITRIC OXIDE MAKROFAG MENCIT BALB/C YANG DIBERI LIPOPOLISAKARIDA
Prasetyo, Sulung
-, Witjaksono
Latar belakang: NO (nitric oxide) memiliki peranan penting dalam patogenesis terjadinya hipotensi sistemik pada syok septik. Paparan endotoksin akan menyebabkan peningkatan aktivitas NOS dan pelepasan NO. Sitokin proinflamasi merupakan mediator inflamasi yang berpengaruh dalam peningkatan aktivitas NOS dan pelepasan NO. Ketamin merupakan obat anestesi yang seringkali digunakan untuk penderita sepsis, diduga menekan produksi sitokin proinflamasi akibat paparan endotoksin serta menghambat aktivasi NF-kB,sehingga pembentukan NO dapat dihambat. Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh pemberian ketamin dosis 0,1;0,2 dan 0,4 mg/kg inravena terhadap kadar NO mencit yang diberi lipopolisakarida intraperitoneal. Metode: merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan desain randomized post test only controlled group pada 20 ekor mencit Balb/c yang disuntik lipoplisakarida intraperitoneal dan Ketamin dosis 0,1 ; 0,2 dan 0,4 mg/kg intravena. Mencit dibagi menjadi 4 kelompok secara random, yaitu kelompok P1 sebagai kontrol, kelompok P2 yang mendapat ketamin 0,1 mg/kg, kelompok P3 yang mendapat ketamin 0,2 mg/kg, dan kelompok P4 yang mendapat ketamin dosis 0,4 mg/kg. Pemeriksaan NO diambil dari kultur makrofag intraperitoneal setelah 6 jam pemberian ketamin. Hasil dinilai dengan uji statistik parametrik ANOVA dan dilanjutkan Post hoc dengan derajat kemaknaan p<0,05. Hasil: terdapat perbedaan kadar NO yang signifikan pada kelompok P2,P3 dan P4 dibanding P1 dengan p<0,001, P2 dibanding P3 dengan p=0,015 serta P2 dibanding P4 dengan p=0,002. Sedangkan antara kelompok P3 dibanding P4 tidak didapatkan perbedaan yang bermakna dengan p=0,402. Simpulan: ketamin dapat menurunkan kadar NO makrofag intraperitoneal pada mencit yang terpapar LPS secara signifikan. Ketamin dosis 0,2 mg/kg intravena merupakan dosis optimal untuk menurunkan kadar NO makrofag intraperitoneal. Kata kunci: lipopolisakarida, ketamin, nitric oxide (NO).
RSUP Dr. Kariadi
2013-02-08
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/32
10.36408/mhjcm.v1i1.32
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 1 No 1 (2012): Medica Hospitalia
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 1 No. 1 (2012): Med Hosp; Mei 2012
2685-7898
2301-4369
ind
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/32/24
Copyright (c) 2014 MEDICA HOSPITALIA - JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/33
2022-11-17T03:03:31Z
mh:Ori
KURANG PENDENGARAN SENSORINEURAL PADA LANSIA DENGAN DAN TANPA HIPERTENSI
Santoso, Sugeng
-, Muyassaroh
Latar belakang : Kurang pendengaran sensorineural (KPSN) adalah penurunan ketajaman pendengaran yang disebabkan oleh lesi di koklea dan / atau nervus koklearis. Prevalensi kurang dengar pada lansia meningkat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain gangguan sirkulasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan kejadian KPSN pada lansia dengan dan tanpa hipertensi.Metode : Penelitian belah lintang pada 90 lansia di Klinik Geriatri RSUP Dr. Kariadi Semarang pada bulan Maret 2011. Data diambil dari anamnesis dan rekam medik. Dilakukan pengukuran tekanan darah, pemeriksaan fisik THT dan dilanjutkan audiometri nada murni. Perbedaan kejadian KPSN diukur dengan uji x2 dan rasio prevalensi.Hasil : Sembilan puluh responden terdiri dari 45 KPSN (+) dan 45 KPSN (-). Hipertensi sebanyak 55 orang dan normotensi 35 orang. Didapatkan perbedaan bermakna antara hipertensi dan normotensi terhadap kejadian KPSN (p=0,005) dengan rasio prevalensi sebesar 1,96. Tidak didapatkan perbedaan bermakna antara lama dan derajat hipertensi terhadap kejadian KPSN (p = 0,86). Simpulan : Terdapat perbedaaan bermakna antara hipertensi dan normotensi terhadap kejadian KPSN. Hipertensi mempunyai risiko terjadi KPSN lebih besar dibanding normotensi. Lama dan derajat hipertensi tidak berpengaruh terhadap kejadian KPSN.Kata kunci : Hipertensi, kurang pendengaran sensorineural, lansia
RSUP Dr. Kariadi
2013-02-08
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/33
10.36408/mhjcm.v1i1.33
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 1 No 1 (2012): Medica Hospitalia
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 1 No. 1 (2012): Med Hosp; Mei 2012
2685-7898
2301-4369
ind
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/33/25
Copyright (c) 2014 MEDICA HOSPITALIA - JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/35
2022-11-17T03:03:31Z
mh:Ori
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan hidup satu tahun penderita kanker paru stadium lanjut di RSUP Dr. Kariadi Semarang
-, Supartono
Suryanto, Agus
Latar Belakang: Kejadian kanker paru-paru terus meningkat dan menjadi masalah kesehatan global. Kanker paru di Indonesia menduduki peringkat keempat dari semua kanker yang sering ditemukan di rumah sakit. Angka ketahanan hidup pasien dengan kanker paru-paru masih tetap rendah. Penelitian tentang faktor-faktor yang terkait dengan kelangsungan hidup pada pasien dengan kanker paru-paru masih jarang, terutama di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi banyak satu kelangsungan hidup tahun penderita kanker paru-paru . Metode: Penelitian kohort prospektif. Semua pasien yang didiagnosis dengan kanker paru-paru lanjut di RSUP Dr Kariadi Semarang sejak 1 Januari 2009 - 30 Juni 2010. Kelangsungan hidup dianalisis menggunakan analisis survival dengan metode Kaplan Meier. Hubungan antara variabel diuji menggunakan uji log rank. Hasil: Sebanyak 82 pasien dengan kanker paru-paru lanjut, 54 (65,9%) diantaranya adalah pria. Usia rata-rata subjek laki-laki adalah 53,96 ± 12,16 tahun dan 51,07 ± 13,14 tahun perempuan. Angka ketahanan hidup 1-tahun 18,3% dengan rata-rata hidup adalah 122 hari. Faktor yang terkait secara signifikan bagi kelangsungan hidup 1-tahun adalah stadium klinis (p = 0,001), status kinerja (p = 0,000), komplikasi efusi pleura (p = 0,0017) dan hipoalbuminemia (p = 0,000). Sedangkan faktor lain seperti usia, jenis kelamin, jenis histologi dan anemia tidak terkait secara signifikan. Kesimpulan: Stadium IIIA, status performance (skala Karnofsky > 70), tidak ada komplikasi efusi pleura dan tingkat albumin sebelum terapi> 3,5 g / dl merupakan faktor yang berhubungan signifikan dengan kelangsungan hidup lebih baik pada pasien dengan kanker paru-paru lanjut. Kata kunci: kanker paru, faktor prognosis, ketahanan hidup
RSUP Dr. Kariadi
2013-02-08
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/35
10.36408/mhjcm.v1i1.35
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 1 No 1 (2012): Medica Hospitalia
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 1 No. 1 (2012): Med Hosp; Mei 2012
2685-7898
2301-4369
ind
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/35/27
Copyright (c) 2014 MEDICA HOSPITALIA - JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/36
2022-11-17T03:03:31Z
mh:Ori
PERBEDAAN ANTARA PEMBERIAN EKSTRAK HERBAL (DAUN SALAM, JINTAN HITAM DAN DAUN SELEDRI) DENGAN ALLOPURINOL TERHADAP KADAR IL-6 DAN TNF SERUM PENDERITA HIPERURISEMIA
Ngestiningsih, Dwi
Widiastuti, Ira
Wahyu, Tri
Hadi, Suyanto
Suntoko, Bantar
Latar Belakang : Hiperurisemia akan memacu produksi sitokin proinflamasi TNF-±, IL-1 dan IL-6, yang akan memacu penarikan lekosit ke daerah deposit kristal monosodium urat dan melipatgandakan respon inflamasi. Daun salam (Eugenia polyantha), seledri (Apium graveolens) dan biji jinten hitam (Nigella sativa) dapat menurunkan respon inflamasi. Ketiga tanaman ini banyak di Indonesia namun sampai saat ini belum dilakukan uji klinik pada manusia. Tujuan penelitian adalah mengetahui apakah pemberian formula ekstrak herbal penurun asam urat dapat menurunkan kadar IL-6 dan TNF-± serum penderita hiperurisemia dibandingkan allopurinol.
Metode: Desain penelitian adalah double blind randomised clinical trial (RCT), dilaksanakan Februari–Desember 2007. Subyek penelitian adalah penderita hiperurisemia usia ³ 18 tahun yang berobat di poliklinik/rawat inap penyakit dalam dan geriatri RSUP Dr. Kariadi Semarang. Sampel dibagi menjadi kelompok perlakuan dan kelola. Dilakukan pemeriksaan kadar IL-6 dan TNF-± serum dengan cara ELISA sebelum dan setelah 4 minggu perlakuan.
Hasil: Sampel sebanyak 22 orang kelompok herbal dan 22 orang kelompok allopurinol. Rerata kadar IL-6 dan TNF-± awal kelompok herbal 214,58pg/dl dan 43,2 pg/dl sedangkan kelompok allopurinol 231,8pg/dl dan 32,6pg/dl. Rerata kadar IL-6 dan TNF-± akhir kelompok herbal 192,15 pg/dl dan 32,9pg/dl sedangkan kelompok allopurinol 203,8pg/dl dan 29,5pg/dl. Rerata delta kadar IL-6 dan TNF-α kelompok ekstrak herbal -22,43pg/dl dan -27,9pg/dl (p 0,887) sedangkan kelompok allopurinol 10,3pg/dl dan 3,10pg/dl (p 0,439).
Kesimpulan: Ekstrak herbal penurun asam urat dapat menurunkan kadar IL-6 dan TNF-± serum penderita hiperurisemia, tidak berbeda bermakna dibandingkan dengan pemberian allopurinol.
Kata kunci : IL-6, TNF-±, Eugenia polyantha, Apium graveolens, Nigella sativa
RSUP Dr. Kariadi
2013-02-08
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/36
10.36408/mhjcm.v1i1.36
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 1 No 1 (2012): Medica Hospitalia
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 1 No. 1 (2012): Med Hosp; Mei 2012
2685-7898
2301-4369
ind
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/36/28
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/37
2022-11-17T03:03:31Z
mh:Ori
HUBUNGAN ANEMIA DAN TRANSFUSI DARAH TERHADAP RESPONS KEMORADIASI PADA KARSINOMA SERVIKS UTERI STADIUM IIB - IIIB
Hadi, Saiful
Iskandar, Mirza
Pendahuluan. Karsinoma serviks uteri (KSU) merupakan keganasan kedua terbanyak pada wanita di seluruh dunia. Radiasi dan kemoterapi yang diberikan secara bersama- sama akan memberikan efek supradiktif dalam membunuh sel kanker, tetapi dapat mengakibatkan berbagai efek antara lain anemia, leukopenia dan trombositopenia. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efek toksisitas hematologi terhadap respon terapi kemoradiasi lengkap pada karsinoma serviks uteri stadium IIB - IIIB.
Metode : Penelitian kohort prospektif dilakukan di bangsal Obstetri Ginekologi RSUP Dr. Kariadi pada bulan Agustus 2010-Januari 2011. Kriteria inklusi adalah pasien KSU stadium IIB - IIIB yang mendapatkan terapi kemoradiasi. Pemeriksaan laboratorium dilakukan setiap 5 kali radiasi sebelum brakhiterapi. Respons terapi dievaluasi selama 3 bulan setelah kemoradiasi.
Hasil : Selama 6 bulan didapatkan 60 pasien, 74,19% dengan gambaran histologi sel skuamosa dan 75,81% stadium III B.. Toksisitas hematologi yaitu anemia terjadi pada 45,97% orang, leukopenia 32,27% dan trombositopenia 13,70%. Transfusi darah diberikan pada 52 (86,67%) orang, 44 orang (73,33%) satu macam dan 8 orang (26,67%) mendapatkan 2 macam transfusi darah. Respon komplit / remisi terjadi pada 26 orang (43,3%). Anemia tidak berhubungan dengan respon komplit, baik anemia sebelum kemoradiasi (OR 2,38 ; 95% CI 0,71-8,15; p=0,116) maupun anemia selama kemoradiasi (OR 2,63 ; 95% CI 0,63-11,66; p=0,136).
Kesimpulan : Transfusi darah mampu mengatasi toksisitas hematologi selama terapi kemoradiasi. Anemia tidak berhubungan dengan respon komplit kemoradiasi.
Kata kunci : Karsinoma serviks uteri, toksisitas hematologi, transfusi darah
RSUP Dr. Kariadi
2013-02-08
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/37
10.36408/mhjcm.v1i1.37
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 1 No 1 (2012): Medica Hospitalia
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 1 No. 1 (2012): Med Hosp; Mei 2012
2685-7898
2301-4369
ind
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/37/29
Copyright (c) 2014 MEDICA HOSPITALIA - JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/38
2022-11-17T03:03:31Z
mh:Ori
Hubungan Tipe Tumor dengan Tumor Cachexia Syndrome pada Anak
Mexitalia, Maria
Sari, Hesti Kartika
Sudarmanto, Bambang
Latar Belakang : Tumor cachexia syndrome (TCS) terjadi pada 24% keganasan stadium awal dan lebih dari 80% pada stadium akhir akan mempengaruhi tingkat morbiditas dan mortalitas penyakit. TCS didefinisikan sebagai keadaan anoreksia, penurunan berat badan progresif, proteolisis, penurunan massa otot dan jaringan adiposa. Kejadian TCS sering dihubungkan dengan tipe tumor, dimana pada tumor padat lebih sering terjadi TCS dibanding keganasan darah (leukemia). Tujuan penelitian ini adalah membuktikan hubungan antara kejadian TCS dengan tipe tumor
Metode : Desain kohort retrospektif berdasarkan catatan medik penderita keganasan pada anak yang dirawat di RSUP Dr.Kariadi Semarang pada bulan Januari 2007-Juni 2010. Kriteria inklusi adalah data rekam medis meliputi umur, antropometri (berat badan, panjang badan, lingkar lengan atas / LiLA), tipe tumor dan kadar albumin. Analisis statistik menggunakan kai kuadrat.
Hasil : Dari 351 rekam medik, hanya 79 data yang lengkap, 46 dengan leukemia, 33 anak dengan tumor solid. Dari 46 anak dengan leukemia, 52,2% hipoalbuminemia dan 45,7% mempunyai LiLA dibawah standar. Sedangkan 33 anak dengan tumor solid 57,6% hipoalbuminemia, dan 51,5% mempunyai LiLA <-2SD. TCS didapatkan pada 62,5% leukemia dan 66,7% tumor solid. Tidak ada hubungan antara tipe tumor dengan kakeksia, hipoalbuminemia, LiLA di bawah standar, dan tumor cachexia syndrome.
Kesimpulan : Prevalensi tumor chachexia syndrome pada leukemia sebesar 65,2% dan tumor solid sebesar 66,7%. Tidak ada hubungan antara tipe tumor dengan tumor cachexia syndrome.
Kata kunci : Tumor chachexia syndrome, leukemia, tumor padat, anak
RSUP Dr. Kariadi
2013-02-08
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/38
10.36408/mhjcm.v1i1.38
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 1 No 1 (2012): Medica Hospitalia
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 1 No. 1 (2012): Med Hosp; Mei 2012
2685-7898
2301-4369
ind
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/38/30
Copyright (c) 2014 MEDICA HOSPITALIA - JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/39
2022-11-17T03:03:31Z
mh:Ori
PERBEDAAN KUALITAS HIDUP ANAK DENGAN SINDROM NEFROTIK RESISTEN STEROID DAN SINDROM NEFROTIK RELAPS
Rosita, Ika Rara
M, Herumuryawa
Latar belakang : Penderita sindrom nefrotik resisten steroid (SNRS) dan sindrom nefrotik relaps mempunyai frekuensi lebih banyak untuk menjalani rawat inap dan rawat jalan. Hal tersebut dapat mempengaruhi tingkat kualitas hidup anak. Penelitian tentang kualitas hidup anak SNRS dan SN relaps belum pernah dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan perbedaan antara kualitas hidup anak SNRS dan SN relaps.
Metode : Desain cross sectional pada 35 anak SN (10 SNRS DAN 25 SN relaps ) di klinik Anak Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Kariadi Semarang dan kunjungan rumah selama April 2011 sampai Juni 2011. Semua subyek dilakukan wawancara terpimpin menggunakan kuesioner PedsQL umum dan spesifik penyakit kronik ginjal. Diagnosis SNRS dan SN relaps secara klinis dan penentuan kualitas hidup menggunakan PedsQL .Penentuan Uji normalitas dianalisis dengan Shapiro-Wilk. Uji beda dianalisis dengan t-test tidak berpasangan.
Hasil : Pada SNRS didapatkan skor umum 55,7 (SD 10,59) dan SN relaps 55,6 (SD 13,18) (p=0,986), sedangan pada skor spesifik penyakit kronik ginjal SNRS 53,7 (SD 9,34) dan Sn Relaps 58,7 (SD 13,81) (p=0,299).
Simpulan : Tidak terdapat perbedaan secara statistik tentang kualitas hidup anak SNRS dan SN relaps.
Kata kunci : kualitas hidup, sindrom nefrotik, PedsQ,
RSUP Dr. Kariadi
2013-02-08
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/39
10.36408/mhjcm.v1i1.39
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 1 No 1 (2012): Medica Hospitalia
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 1 No. 1 (2012): Med Hosp; Mei 2012
2685-7898
2301-4369
ind
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/39/31
Copyright (c) 2014 MEDICA HOSPITALIA - JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/40
2022-11-17T03:03:31Z
mh:Ori
Efek Eicosapentaenoic Acid terhadap CD8+ dalam darah pasien kanker payudara stadium III B yang mendapat kemoterapi Cyclophosphamide Adriamycin Fluorouracyl siklus pertama
Raharjo, Rudiyuwono
-, Darwito
Dharmana, Edi
Latar Belakang : Eicosapentaenoic acid (EPA) mempunyai efek sebegai imunomodulator dan meningkatkan status gizi terutama dalam kaitannya dengan tumor kakeksia pada penderita dengan keganasan, Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian eicosapentaenoic acid (EPA) terhadap jumlah sel T CD8+ pasien duktus invasif kanker payudara yang menjalani kemoterapi.
Metode : Penelitian eksperimental pada pasien wanita dengan karsinoma duktus invasif payudara stadium IIIB yang menjalani kemoterapi Cyclophosphamide Adriamycin Fluorouracyl (CAF) siklus I dibagi menjadi 2 kelompok : tanpa pemberian EPA (kontrol) dan diberikan EPA 225 gr/hari selama 21 hari (perlakuan). Jumlah sel T CD8+ dalam darah perifer pasien diukur sebelum dan sesudah 21 hari setelah terapi.
Hasil : Empatpuluh pasien mendapat kemoterapi CAF siklus I, terdiri dari 20 orang kelompok perlakuan dan 20 orang kelompok kontrol. Jumlah sel T CD8+ setelah terapi pada kelompok perlakuan lebih tinggi secara bermakna 1131,7sel/µl (483 – 3506) dibanding kelompok kontrol 631,8 sel/µl (227 – 1616) ( p< 0,05) dan diperoleh selisih jumlah sel T CD8+ yang berbeda bermakna sebelum dan 21 hari setelah kemoterapi pertama pada kedua kelompok penelitian ( p<0,001).
Kesimpulan : Suplementasi EPA meningkatkanjJumlah sel T CD8+ dalam darah perifer pasien karsinoma duktus invasif payudara stadium III B yang dilakukan kemoterapi.
Kata kunci : karsinoma duktus invasif payudara, Eicosapentaenoic acid (EPA), kemoterapi, CD8+
RSUP Dr. Kariadi
2013-02-08
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/40
10.36408/mhjcm.v1i1.40
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 1 No 1 (2012): Medica Hospitalia
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 1 No. 1 (2012): Med Hosp; Mei 2012
2685-7898
2301-4369
ind
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/40/32
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/41
2022-11-17T03:03:31Z
mh:Ori
Stress Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe-2 Dalam Melaksanakan Program Diet di Klinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang
Widodo, Agus
Latar belakang :Penerapan diet merupakan salah satu komponen penting dalam keberhasilan penatalaksanaan diabetes. Kedisiplinan dan kepatuhan penderita selama hidupnya dibutuhkan untuk menaati program diet yang dianjurkan guna membantu mempertahankan gula darah yang normal sehingga dapat mencegah komplikasi. Namun, lamanya waktu untuk mengikuti program diet dapat menimbulkan kejenuhan dan stres pada penderita. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi stress yang timbul pada penderita diabetes melitus tipe-2 dalam melaksanakan program diet dan cara menangani stress ( koping ).
Metode : Jenis penelitian kualitatif dengan strategi riset menggunakan metode fenomonologi. Penelaahan masalah dilakukan dengan multi perspektif atau multi sudut pandang. Wawancara mendalam dan terstruktur digunakan sebagai cara pengumpulan data, berdasarkan pedoman wawancara yang telah dibuat.
Hasil : Keenam partisipan yang terlibat dalam penelitian, semuanya mengalami stress selama menjalankan program diet yang dianjurkan. Stres yang timbul dan lamanya stres ditentukan oleh berbagai kesulitan yang dialami partisipan selama melaksanakan diet terutama berhubungan dengan jumlah makanan yang harus diukur , pembatasan jenis makanan, pola kebiasaan makan yang salah sebelum sakit serta lamanya menderita diabetes.
Kata kunci :Stres, diabetes melitus tipe-2, penatalaksanaan diet
RSUP Dr. Kariadi
2013-02-08
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/41
10.36408/mhjcm.v1i1.41
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 1 No 1 (2012): Medica Hospitalia
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 1 No. 1 (2012): Med Hosp; Mei 2012
2685-7898
2301-4369
ind
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/41/33
Copyright (c) 2014 MEDICA HOSPITALIA - JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/42
2022-11-17T03:03:31Z
mh:Ori
DUKUNGAN KELUARGA PADA PASIEN STROKE DI RUANG SARAF RSUP DR. KARIADI SEMARANG
Wurtiningsih, Budi
Latar belakang: Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2005 mencatat bahwa kasus tertinggi stroke terdapat di Kota Semarang yaitu sebesar 4.516 (17,36%) dibanding dengan jumlah keseluruhan kasus stroke di kota lain. Pada pasien stroke, dukungan keluarga berperan sangat penting untuk membantu dalam proses penyembuhan dan rehabilitasi pasien yang sangat membutuhkan waktu yang lama sehingga membutuhka dukungan keluarga. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui fenomena dukungan keluarga pada pasien stroke
Metode: Penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Sampel adalah keluarga dengan penderita stroke yang dilakukan secara purposive sampling. Responden berjumlah 5 orang dan bersedia menjadi informan. Teknik pengambilan data dengan cara wawancara mendalam.
Hasil: Dukungan informasional yang diberikan keluarga memperlihatkan bahwa penyakit yang diderita pasien adalah stroke. Beberapa bentuk perhatian juga diberikan keluarga sebagai bentuk dukungan emosional. Keluarga juga memberikan dukungan instrumental, seperti membantu rentang gerak sendi, memberikan makan melalui selang, dan membantu pasien untuk melakukan pengobatan rawat jalan. Sedangkan dukungan penghargaan pada umumnya diberikan keluarga dalam bentuk sikap dan perhatian.
Kesimpulan: Dukungan yang diberikan keluarga berupa dukungan informasional, dukungan emosional, dukungan instrumental dan dukungan penghargaan.
Kata kunci: Dukungan keluarga, keluarga, stroke, penelitian kualitatif
RSUP Dr. Kariadi
2013-02-08
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/42
10.36408/mhjcm.v1i1.42
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 1 No 1 (2012): Medica Hospitalia
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 1 No. 1 (2012): Med Hosp; Mei 2012
2685-7898
2301-4369
ind
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/42/34
Copyright (c) 2014 MEDICA HOSPITALIA - JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/43
2022-11-17T03:03:31Z
mh:Ori
An infant with severe Pertussis: Case Report and literature review
Poerwanto, Ignatius Adi
Background : Pertussis is an acute bacterial infection of the respiratory tract caused by Bordetella pertussis. Without immunization and adequate therapy, the disease will evolve to severe complication. The purpose of the case report was to describe the diagnosis and treatment of severe pertussis from a Papuan infant in remote mountainous area of Papua. Case report : A 5 months old male Papuan infant, lived in the mountainous area of Papua was admitted to the hospital after 1 week of cough. No history of DPT immunization. Physical examination revealed continuous coughing, sunken fontanel, sunken eyes, nasal flaring, chest retraction, and bilateral crackles. Laboratory examination showed white blood count was 87,600/µL, CRP 48 mg/dL, ASTO negative. He deteriorated and referred to ICU for Mechanical Ventilation. His bronchoalveolar lavage taken at day 10 confirmed Pseudomonas from the culture and Bordetella pertussis by the PCR. Discussion : Children lived in the Honai without enough ventilation at the area of low coverage of immunization are susceptible to pneumonia. This infant was treated with Erythromicin and Ceftriaxon on admission with the idea that they will cover broad spectrum of antibacterial, atypical pneumonia or Pertussis infection. The Sputum culture from bronchoalveolar lavage showed Pseudomonas resistant to Amoxillin and Erythromicin, but sensitive to Amikacin. This finding explains why there was no clinical improvement after 2 weeks of Erythromicin. After changing to Amikacin, the clinical condition improved in 7 days. Conclusions : On the area with low immunization coverage, the pediatrician should consider Pertussis as one of the possible etiology of pneumonia, and start treating early to get the better result and avoid severe complication. It recommeded that all countries should consider expanding vaccination strategies to include adding Pertussis booster doses to pre-school children (4-6 years old), to adolescent and to those specific adults that have the highest risk of transmitting Bordetella pertussis infection to vulnerable infants.
RSUP Dr. Kariadi
2013-02-08
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/43
10.36408/mhjcm.v1i1.43
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 1 No 1 (2012): Medica Hospitalia
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 1 No. 1 (2012): Med Hosp; Mei 2012
2685-7898
2301-4369
ind
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/43/35
Copyright (c) 2014 MEDICA HOSPITALIA - JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/44
2022-11-17T03:03:31Z
mh:Ori
PEMERIKSAAN EEG UNTUK DIAGNOSIS DAN MONITORING PADA KELAINAN NEUROLOGI
Bintoro, Aris Catur
Elektroensefalografi (EEG) adalah rekaman aktifitas listrik neuron otak. Fluktuasi arus listrik tersebut didapatkan dari perbedaan voltase yang diukur dari elektrode yang ditempel di kulit kepala (skalp), langsung dipermukaan kortek serebri, atau di dalam jaringan otak.
Sejarah penggunaan alat EEG dimulai pada tahun 1924 dimana Hans Berger seorang ahli fisiologi dan psikiatri Jerman untuk pertama kali melakukan rekaman otak pada manusia . Penemuan ini dikonfirmasi dan dikembangkan oleh para ilmuwan berikutnya. Tercatat nama seperti Gibbs, Davis dan Lennox pada tahun 1935 menemukan gelombang inter iktal spike dan 3 Hz spike and wave complex pada absence seizure, serta Gibs dan Jasper menemukan gelombang interiktal spike sebagai petunjuk epilepsi fokal.
Dengan berjalannya waktu dan semakin berkembangnya teknologi, maka mesin / teknik pemeriksaan EEG mengalami kemajuan. Semula mesin EEG menggunakan teknik pen yang langsung mencetak di atas kertas, saat ini dengan komputer yang data listrik otak bisa diolah langung sehingga memungkinkan disusun dalam berbagai montage dalam satuan waktu yang sama.
EEG merupakan salah satu alat diagnostik dan monitoring penting di bidang Neurologi, yang berfungsi menilai neurofisiologi neuron otak. Interpretasi klinik temuan EEG harus dikaitkan dengan kondisi pasien seperti gejala klinis, pemeriksaan fisik, dan hasil pemeriksaan penunjang lain. Proses rekaman dan interpretasi hasil EEG ini membutuhkan supervisi dari seorang ahli elektroensefalografi.
RSUP Dr. Kariadi
2013-02-08
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/44
10.36408/mhjcm.v1i1.44
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 1 No 1 (2012): Medica Hospitalia
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 1 No. 1 (2012): Med Hosp; Mei 2012
2685-7898
2301-4369
ind
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/44/36
Copyright (c) 2014 MEDICA HOSPITALIA - JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/47
2022-11-17T03:03:49Z
mh:Ori
Perkembangan Terapi Sel Punca (Stem Cell) Pada Penyakit Jantung: Masa Kini dan Masa Depan
Alwi, Idrus
Penelitian terapi sel punca di dunia telah berkembang dengan pesat dalam beberapa dasa warsa terakhir, khususnya pada penyakit jantung seperti infark miokard akut, penyakit jantung koroner tahap akhir (PJTA) dan kardiomiopati. Di masa mendatang terapi sel punca dianggap sebagai batas akhir (final frontier) pengobatan berbagai penyakit. Oleh karena itu pengembangan terapi sel punca diharapkan dapat menjawab berbagai tantangan dalam tatalaksana berbagai penyakit secara mendasar. Indonesia merupakan salah satu pelopor terapi sel punca pada infark miokard akut di Asia Tenggara dan merupakan salah satu negara pertama di Asia selain Hongkong yang menggunakan alat NOGA untuk pemetaan (mapping) dan injeksi sel punca pada otot jantung melalui kateterisasi pada PJTA.
Sel punca termasuk embryonic stem cells (ESC), cardiac stem cells (CSCs) dan induced pluripotent stem cells (iPSs) dapat mengalami diferensiasi menjadi kardiomiosit dan dapat mengembalikan fungsi kontraksi jantung. Sel tersebut juga dapat berdiferensiasi menjadi sel endotel, memicu pembentukan pembuluh darah baru (angiogenesis), mengembalikan sebagian sel otot jantung yang rusak menjadi tetap hidup, dan menghambat perluasan jaringan parut. Mekanisme lain terapi sel punca pada jantung yang saat ini banyak dianut adalah melalui efek parakrin. Terdapat beberapa metoda pemberian sel punca pada jantung yaitu intrakoroner, epikardial dan intravena.
Penelitian di bidang kedokteran kardiovaskular regeneratif mengenai terapi sel punca akan terus berkembang di masa depan, termasuk mengenai jenis sel dan teknik terbaik pemberian sel punca.
RSUP Dr. Kariadi
2013-02-17
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/47
10.36408/mhjcm.v1i2.47
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 1 No 2 (2012): Med Hosp; Nov 2012
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 1 No. 2 (2012): Med Hosp; Nov 2012
2685-7898
2301-4369
ind
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/47/38
Copyright (c) 2014 MEDICA HOSPITALIA - JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/49
2022-11-17T03:03:49Z
mh:Ori
Kemampuan Auditorik Anak Tuli Kongenital Derajat Sangat Berat dengan dan Tanpa Bantu Alat Dengar
Nugroho, Dimas Adi
Latar belakang : Tuli kongenital merupakan salah satu penyebab kurang pendengaran pada anak. Deteksi dan intervensi dini diperlukan untuk anak tuli kongenital. Salah satu intervensi pada anak tuli kongenital adalah dengan pemakaian alat bantu dengar (ABD). Sebagian anak tuli kongenital tidak mau dan/atau tidak mampu memakai ABD. Penelitian ini pertujuan untuk menilai perbedaan skor kemampuan auditorik pada anak tuli kongenital derajat sangat berat dengan dan tanpa ABD.
Metode : Penelitian belah lintang dengan kuesioner. Sampel penelitian adalah anak tuli kongenital berusia 2– 5 tahun, derajat sangat berat pada kedua telinga yang telah diperiksa BERA di RSUP Dr. Kariadi Semarang tahun 2009. Skor kemampuan auditorik dinilai dengan Infant-Toddler Meaningful Auditory Integration Scale (IT-MAIS). Dukungan keluarga dinilai dengan Family Participation Rating Scale. Analisis data menggunakan uji t tidak berpasangan.
Hasil : Sampel penelitian 20 anak, 11 laki-laki dan 9 perempuan, dengan ABD 10 anak dan tanpa ABD 10 anak. Rentang usia sampel 30–60 bulan (rata-rata 49,25 ± 7,41 bulan), rentang usia terdeteksi 6–37 bulan (rata-rata 27,10 ± 8,27 bulan). Rata-rata skor auditorik kelompok sampel dengan ABD 26,60 ± 8,80 sedangkan kelompok tanpa ABD 3,40 ± 1,84 (p=0,000). Kelompok dengan ABD memiliki 70% dukungan keluarga baik, kelompok tanpa ABD memiliki 10% dukungan keluarga baik.
Simpulan : Skor kemampuan auditorik anak tuli kongenital derajat sangat berat dengan ABD lebih baik.
Kata kunci : tuli kongenital, alat bantu dengar, kemampuan auditorik
RSUP Dr. Kariadi
2013-02-17
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/49
10.36408/mhjcm.v1i2.49
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 1 No 2 (2012): Med Hosp; Nov 2012
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 1 No. 2 (2012): Med Hosp; Nov 2012
2685-7898
2301-4369
ind
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/49/39
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/50
2022-11-17T03:03:49Z
mh:Ori
Penurunan Nilai Ambang Dengar Penderita Keganasan Kepala Leher Yang Mendapat Kemoterapi Cisplatin dan Radiasi Eksternal
Daniel, Ferri
-, Wiratno
-, Muyassaroh
Latar belakang : Cisplatin dan radiasi eksternal tunggal maupun kombinasi, memproduksi radikal bebas yang bisa menyebabkan kerusakan sel rambut organ korti dengan akibat penurunan nilai ambang dengar. Tujuan penelitian ini adalah membuktikan bahwa penurunan nilai ambang dengar pada kelompok penderita keganasan kepala leher (KKL) yang mendapatkan cisplatin dan radiasi eksternal lebih besar dibandingkan kelompok yang hanya mendapat cisplatin saja.
Metode : Penelitian randomized controlled trial pre-post test group design pada KKL selama 3 bulan. Subyek yang memenuhi kriteria inklusi di klinik THT-KL RSUP Dr. Kariadi Semarang dibagi dua kelompok, yaitu cisplatin 2 seri+2000cGy radiasi eksternal (perlakuan) dan cisplatin (kontrol). Data meliputi nilai ambang hantaran tulang audiogram nada murni kedua kelompok. Analisis data dengan chi-square dan independent-sample t-test.
Hasil : Terdapat 29 subyek terdiri dari 14 subyek kelompok perlakuan dan 15 subyek kelompok kontrol. Rerata nilai ambang kedua kelompok tidak berbeda bermakna (telinga kanan p=0,34; telinga kiri p=0,26). Penurunan nilai ambang dengar hantaran tulang kelompok perlakuan lebih besar dibanding kelompok kontrol dengan perbedaan selisih nilai ambang hantaran tulang bermakna (telinga kanan p=0,02 ; telinga kiri p=0,01 ).
Simpulan : Penurunan nilai ambang hantaran tulang audiogram nada murni penderita KKL dengan terapi cisplatin dan radiasi eksternal terbukti lebih besar dibanding kelompok dengan terapi cisplatin saja.
Kata kunci : Kanker kepala dan leher, cisplatin dan radiasi eksternal, hantaran tulang.
RSUP Dr. Kariadi
2013-02-17
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/50
10.36408/mhjcm.v1i2.50
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 1 No 2 (2012): Med Hosp; Nov 2012
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 1 No. 2 (2012): Med Hosp; Nov 2012
2685-7898
2301-4369
ind
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/50/40
Copyright (c) 2014 MEDICA HOSPITALIA - JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/51
2022-11-17T03:03:49Z
mh:Ori
Pengaruh Kombinasi Vitamin C dan D Dosis Tinggi Terhadap System Hemopoetik Penderita Kanker Kepala Leher yang Mendapat Kemoterapi Cisplatin
Aminullah, Yusuf
-, Wiratno
Susilaningsih, Neni
Latar belakang : Cisplatin dapat menyebabkan penurunan sistem hemopoetik akibat Radical oxygen spesies (ROS) pada penderita kanker kepala dan leher (KKL). Kombinasi vitamin C dan E dosis tinggi sebagai antioksidan dari luar diperlukan untuk menetralisir ROS. Tujuan penelitian ini adalah membuktikan bahwa kombinasi vitamin C dan E dosis tinggi dapat mengurangi penurunan sistem hemopoetik penderita KKL akibat cisplatin.
Metode : Penelitian eksperimental pre-post test design. Subyek yang memenuhi kriteria inklusi dari klinik dan bangsal THT-KL RSUP Dr. Kariadi Semarang dilakukan randomisasi blok, kemudian dibagi menjadi dua kelompok; kelompok perlakuan diberikan kombinasi vitamin C 1000 mg dan E 400 mg dan kelompok kontrol diberikan vitamin C 2x50 mg selama 5 minggu. Analisis data dengan chi square, paired t-test dan independent t-test.
Hasil : Empat puluh delapan subyek memenuhi kriteria inklusi, usia terbanyak 50–59 tahun yaitu 35,6%, laki-laki dan perempuan 3 : 1, KNF 32(71,1%), stadium IV 27(60%). Terdapat penurunan hemoglobin dan lekosit yang bermakna antara kedua kelompok (p<0,05), sedangkan penurunan eritrosit dan trombosit tidak berbeda bermakna (p>0,05)
Simpulan : Kombinasi vitamin C dan E dosis tinggi dapat mengurangi penurunan kadar hemoglobin dan jumlah lekosit penderita KKL akibat cisplatin.
Kata kunci: Kombinasi vitamin C dan E dosis tinggi, cisplatin, sistem hemopoetik.
RSUP Dr. Kariadi
2013-02-17
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/51
10.36408/mhjcm.v1i2.51
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 1 No 2 (2012): Med Hosp; Nov 2012
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 1 No. 2 (2012): Med Hosp; Nov 2012
2685-7898
2301-4369
ind
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/51/41
Copyright (c) 2014 MEDICA HOSPITALIA - JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/52
2022-11-17T03:03:49Z
mh:Ori
Tingkat Pengetahuan Pada Mahasiwa Tingkat Akhir FK Undip Tentang Partograf
Anggoro, Gandita
Dewatingrum, Julian
Setiawati, Amalia
Latar belakang : Partograf sebagai alat untuk memantau kemajuan persalinan, akan membantu mendeteksi persalinan abnormal, mencegah partus lama dan partus macet. Pengetahuan partograf harus dimiliki setiap tenaga penolong kesehatan, termasuk dokter. Penilaian pengetahuan partograf perlu dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kesiapan mahasiswa kedokteran dalam menangani suatu persalinan, dengan menggunakan partograf. Penilaian tersebut ditujukan terutama pada mahasiswa kedokteran tingkat akhir, sehingga bila didapati hasil yang kurang memuaskan, dapat dilakukan intervensi sebelum mereka lulus menjadi dokter umum.
Metode : Penelitian observasional ini dilakukan dengan pendekatan potong lintang (cross sectional) yang telah dilakukan pada Juni-Juli 2011 pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro yang akan lulus menjadi dokter pada tahun 2011, sebelum mengikuti kepaniteraan komprehensif. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive random sampling. Sebanyak 97 data responden memenuhi syarat kriteria. Data yang didapat diverifikasi dengan data yang berasal dari bagian akademik FK UNDIP Semarang. Analisis data berupa analisis deskriptif, dengan penyajian data dalam bentuk tabel, grafik dan presentase tingkat pengetahuan.
Hasil : Pengetahuan mahasiswa kedokteran tingkat akhir mempunyai rata-rata skor pengetahuan 15,74 (±2,23) dari total 20 pertanyaan, dengan presentase pengetahuan partograf adalah 78,7%. Hanya 17 (17,5%) mahasiswa yang dapat menulis dan menerapkan pengetahuan tersebut dengan benar kedalam simulasi kasus pengisian partograf.
Simpulan : Pengetahuan pada mahasiswa kedokteran tingkat akhir tentang partograf sudah baik. Namun masih ada beberapa poin pengetahuan yang belum dipahami oleh mahasiswa. Pengetahuan dalam pengaplikasian partograf ternyata masih kurang.
Kata kunci : partograf, pengetahuan, mahasiswa kedokteran, dokter umum
RSUP Dr. Kariadi
2013-02-17
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/52
10.36408/mhjcm.v1i2.52
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 1 No 2 (2012): Med Hosp; Nov 2012
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 1 No. 2 (2012): Med Hosp; Nov 2012
2685-7898
2301-4369
ind
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/52/42
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/53
2022-11-17T03:03:49Z
mh:Ori
Pengaruh Operasi Katarak Insisi Lebar Terhadap Sensibilitas Kornea dan Kejadi Dry Eye
Arintawati, Paramastri
Handojo, Norma
Sutedja, Siti Sundari
Latar belakang : Operasi katarak adalah salah satu operasi mata yang bertujuan untuk memperbaiki tajam penglihatan dengan tingkat kesuksesan cukup tinggi. Beberapa pasien mengeluhkan gejala dry eye setelah operasi, yang diduga disebabkan karena insisi pada operasi katarak dapat menurunkan sensibilitas kornea yang mengakibatkan dry eye. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui derajat penurunan sensibilitas kornea pada penderita pasca operasi katarak dan hubungannya dengan kejadian dry eye.
Metode : Penelitian quasi experiment, one group pre-post test design. Pemeriksaan sensibilitas kornea, Tear Break Up Time (TBUT), tes Schirmer I dan pengecatan rose bengal dilakukan sebelum operasi ekstraksi katarak ekstra kapsuler (EKEK), dan minggu II, bulan I, II dan III pasca operasi.
Hasil : Didapatkan 70 mata, 40 laki-laki (57,1%) dan 30 perempuan (42,9%). Terdapat penurunan sensibilitas kornea yang bermakna antara pre dan pasca operasi pada seluruh kuadran (p<0,001). Terdapat penurunan TBUT yang bermakna antara pre dan pasca operasi (p<0,001). Tes Schirmer I meningkat bermakna pada minggu II pasca operasi dibandingkan pre operasi (p=0,003), kemudian menurun pada bulan II dan III pasca operasi namun penurunan tersebut tidak bermakna (p= 0,438 dan p=0,171). Skor rose bengal meningkat bermakna pada bulan I, II dan III pasca operasi (p= 0,021; 0,032 dan 0,004).
Simpulan : Terdapat penurunan sensibilitas kornea yang bermakna pada penderita pasca operasi EKEK namun tidak berhubungan dengan perubahan hasil uji pemeriksaan dry eye.
Kata kunci: Ekstraksi katarak ekstrakapsuler, sensibilitas kornea,dry eye.
RSUP Dr. Kariadi
2013-02-17
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/53
10.36408/mhjcm.v1i2.53
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 1 No 2 (2012): Med Hosp; Nov 2012
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 1 No. 2 (2012): Med Hosp; Nov 2012
2685-7898
2301-4369
ind
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/53/43
Copyright (c) 2014 MEDICA HOSPITALIA - JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/54
2022-11-17T03:03:49Z
mh:Ori
Gangguna Tidur Pada Anak Palsi Serebral
Selina, Hendriani
Priambodo, Winres
Sakundarno, M
Latar belakang : Gangguan tidur bisa terjadi pada 25% anak normal. Tetapi pada anak anak palsi serebral (CP) yang sering mengalami keterlambatan pada berbagai aspek perkembangan, kejadian gangguan tidur lebih sering terjadi. Gangguan tidur memerlukan pemeriksaan polisomnogram yang tidak selalu dapat dilakukan di setiap pusat kesehatan karena keterbatasan sarana. Sebagai alternatif dapat dilakukan pemeriksaan dengan kuesioner Child's Sleep Habits Questionare (CSHQ) yang dikembangkan oleh Owen dari Amerika Serikat. Tujuan penelitian adalah mengetahui adanya gangguan tidur serta jenis gangguan tidur pada masing masing tipe palsi serebral.
Metode : Penelitian deskriptif dilakukan di YPAC cabang Semarang bulan Maret sampai Juli 2006 pada anak palsi serebral usia 4–12 tahun. Digunakan kuesioner CSHQ dengan cut off point > 41 sebagai tanda bahwa terdapat gangguan tidur. Kuesioner diisi oleh orang tua atau pengasuh pasien. Data dianalisis secara deskriptif. Hasil : Lima puluh anak masuk dalam kriteria inklusi, didapatkan 96% dengan gangguan tidur. Pada 41 anak palsi serebral tipe spastik didapatkan gangguan tidur dominan berupa sleep onset delay (65%), satu anak tipe diskinetik didapatkan bedtime resistance, dua anak palsi serebral tipe ataksik dengan sleep anxiety dan enam anak palsi serebral tipe campuran dengan parasomnias (83%).
Simpulan : Sebagian besar (96%) anak palsi serebral menderita gangguan tidur. Berbagai tipe palsi serebral mempunyai gangguan tidur dominan yang berbeda.
Kata kunci: gangguan tidur, palsi serebral, CSHQ
RSUP Dr. Kariadi
2013-02-17
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/54
10.36408/mhjcm.v1i2.54
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 1 No 2 (2012): Med Hosp; Nov 2012
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 1 No. 2 (2012): Med Hosp; Nov 2012
2685-7898
2301-4369
ind
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/54/44
Copyright (c) 2014 MEDICA HOSPITALIA - JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/55
2022-11-17T03:03:49Z
mh:Ori
Comparasion Of The Therapeutic Effect Between SWD And Tens On Relieving Pain In Mechanical Low Back Pain Petients
Kartadinata, Robby
Indriastuti, Lanny
Background : Low back pain (LBP) is the second cause of pain after headache and remains one of the most common symptoms for seeing a physician. About 90% of LBP is caused by mechanical factor. There are various physical modalities to relieve pain, such as, Short Wave Diathermy (SWD) and Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) which are proved to be useful to relieve pain. The aim of the study is to compare SWD and TENS on relieving pain in mechanical LBP patients.
Methods : A pre-posttest study in 36 outpatients, with subacute mechanical LBP, ranging from 30–55 years old, were randomly divided into two even groups, the SWD group and TENS group. The subjects received either SWD or TENS on lumbosacral area for 15 minutes, 3 times a week, with the interval of 2–3 days during 2 weeks. Visual Analogue Scale (VAS) was applied for pain assessments to all subjects before and 24 hours after the sixth therapy session.
Results : There was a reduction on VAS score in the SWD group from 4.56 ± 0.62 cm to 1.90 ± 0.51 cm (p<0.001). There was a reduction on VAS score in the TENS group from 4.64 ± 0.59 cm to
2.03 ± 0.50 cm (p<0.001). There was no significant difference on VAS score reduction between SWD and TENS group (p = 0.643). Conclusion : TENS therapy relieves pain in subacute mechanical LBP patients as good as SWD Therapy.
Keywords : Mechanical low back pain, SWD, TENS.
RSUP Dr. Kariadi
2013-02-17
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/55
10.36408/mhjcm.v1i2.55
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 1 No 2 (2012): Med Hosp; Nov 2012
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 1 No. 2 (2012): Med Hosp; Nov 2012
2685-7898
2301-4369
ind
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/55/45
Copyright (c) 2014 MEDICA HOSPITALIA - JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/56
2022-11-17T03:03:49Z
mh:Ori
Gambaran Beban Caregiver Penderita Skizofrenia di Poliklinik Rawat Jalan RSJ Amino Gondohutomo Semarang
Fitrikasari, Alifiati
Kadarman, Agung
Sarjana, Widodo
Latar belakang : Skizofrenia merupakan gangguan jiwa berat yang perjalanannya berlangsung kronis dan menimbulkan kemunduran. Penderita skizofrenia mempunyai hendaya yang nyata pada taraf kemampuan fungsional sehari-hari, sehingga memerlukan bantuan dan pertolongan dalam memenuhi kebutuhan kehidupannya pada pihak lain (caregiver/carer). Peningkatan peran ini akan menimbulkan konsekuensi, yang akhirnya akan menimbulkan beban perawatan bagi keluarga. Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan beban perawatan pada caregiver yang merawat penderita skizofrenia dengan menggunakan instrumen Burden Assessment Schedule (BAS) versi Bahasa Indonesia dan komponen beban perawatan yang paling berpengaruh.
Metode : Merupakan penelitian deskriptif dengan 100 orang caregiver yang merawat penderita lebih dari 2 tahun di Poliklinik Rawat Jalan kelas III dan pasien Jamkesmas Rumah Sakit Jiwa Daerah Amino Gondohutomo Semarang. Responden diwawancara dengan kuesioner terstruktur BAS versi Bahasa Indonesia.
Hasil : Didapatkan nilai skor BAS antara 18 sampai 40, dengan rerata 26,41. Sebanyak 89 responden (89%) merasa terbeban dengan kondisi penderita. Urutan domain yang paling berperan terhadap beban caregiver adalah dampak terhadap perasaan nyaman, beratnya masalah gangguan yang dihadapi, dampak terhadap hubungan dengan orang lain, apresiasi terhadap peran perawatan dan dampak terhadap kualitas hubungan perkawinan. Simpulan : Sebagian besar caregiver menganggap perawatan terhadap anggota keluarga dengan gangguan skizofrenia sebagai beban dan komponen yang paling berperan adalah dampak terhadap perasaan nyaman.
Kata kunci: Beban perawatan, caregiver skizofrenia, instrumen BAS versi Bahasa Indonesia.
RSUP Dr. Kariadi
2013-02-17
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/56
10.36408/mhjcm.v1i2.56
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 1 No 2 (2012): Med Hosp; Nov 2012
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 1 No. 2 (2012): Med Hosp; Nov 2012
2685-7898
2301-4369
ind
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/56/46
Copyright (c) 2014 MEDICA HOSPITALIA - JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/57
2022-11-17T03:03:49Z
mh:Ori
Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Aktiitas Fagositosis Makrofag dan Kadar Vitamin C dalam Cairan Intraperitoneal Mencit Balb/C dengan Sepsis
Widjaja, Hendra
Riwanto, Ign
Dharmana, Edi
Latar belakang : Sepsis masih menjadi permasalahan dalam praktek klinis karena angka mortalitas masih tinggi. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh dosis bertingkat vitamin C yang dibutuhkan untuk mencapai aktivitas fagositosis optimal makrofag mencit sepsis.
Metode : Penelitian ini merupakan uji laboratoris mencit Balb/C dengan pendekatan the post test only controlled group design, 20 ekor mencit sepsis dibagi 4 kelompok: kelompok kontrol (K); kelompok perlakuan mendapat vitamin C 0,52 mg/hari (P1); vitamin C 1,04 mg/hari (P2); vitamin C 2,6 mg /hari (P3) selama 3 hari, kemudian diperiksa kemampuan fagositosis makrofag dan kadar vitamin C intraperitoneal. Tingkat aktivitas fagositosis makrofag dan kadar vitamin C intraperitoneal dianalisis dengan ANOVA dilanjutkan dengan Bonferroni test, dan korelasi keduanya diuji dengan uji korelasi Spearman.
Hasil : Terdapat perbedaan bermakna pada kemampuan fagositosis makrofag dalam kelompok (p<0,05). Uji antar kelompok menunjukkan: K–P1 (p<0,001), K–P2 (p<0,001), K–P3 (p<0,001), P1–P2 (p<0,001), P1–P3 (p<0,001), tetapi tidak
didapatkan perbedaan yang bermakna antara P2-P3 (p=0,48). Terdapat perbedaan bermakna kadar vitamin C intraperitoneal K–P2 (p<0,001), K–P3 (p<0,001), P1–P2 (p=0,003), P1–P3
(p<0,001), P2-P3 (p<0,001), kecuali pada kelompok K–P1 (p=0,131). Didapatkan korelasi positif antara kadar vitamin C intraperitoneal dengan fagositosis makrofag (r=0,58 ; p<0,001).
Simpulan : Terdapat peningkatan signifikan pada fagositosis makrofag dan kadar vitamin C intraperitoneal pada mencit Balb/C dengan sepsis yang diberi vitamin C. Dosis ideal vitamin C adalah 1,04 mg/hari, dan kadarnya meningkat sesuai dosis yang diberikan.
Kata kunci: Sepsis, vitamin C, fagositosis makrofag, vitamin C intraperitoneal.
RSUP Dr. Kariadi
2013-02-17
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/57
10.36408/mhjcm.v1i2.57
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 1 No 2 (2012): Med Hosp; Nov 2012
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 1 No. 2 (2012): Med Hosp; Nov 2012
2685-7898
2301-4369
ind
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/57/47
Copyright (c) 2014 MEDICA HOSPITALIA - JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/58
2022-11-17T03:03:49Z
mh:Ori
Hubungan Beberapa Faktor Demografi Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pasca Diagnosis Kanker Di RSUP Dr. Kariadi Semareang
Yunitasari, Linawati Neny
Latar belakang : Kanker pada umumnya dihubungkan dengan penderitaan yang berat, menyedihkan, dan mematikan serta dampak yang sangat luas terhadap penderita maupun keluarganya sehingga dapat menimbulkan kecemasan setelah diagnosis kanker. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan faktor usia, pengetahuan, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan, dan jenis kelamin dengan tingkat kecemasan pasca diagnosis kanker.
Metode : Desain penelitian cross sectional pada pasien pasca diagnosis kanker di RSUP Dr. Kariadi Semarang bulan Desember 2008. Kriteria inklusi adalah keganasan berdasarkan hasil patologi anatomi dan mendapat terapi radiasi/kemoterapi 1 kali. Kriteria eksklusi pasien dengan kondisi kritis, mempunyai gangguan jiwa, dan tidak melanjutkan pengobatan. Data dikumpulkan dengan kuesioner. Tingkat kecemasan diukur dengan Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS–A) dalam bentuk Anxiety Analog Scale (AAS). Analisis data dengan distribusi frekuensi dan uji bivariat menggunakan uji korelasi non parametric Spearman.
Hasil : Didapatkan 34 subyek terdiri dari laki laki 47,1% dan perempuan 52,9%, sebagian besar berusia di atas 50 tahun. Sebagian besar pasien mempunyai pengetahuan dan tingkat sosial ekonomi rendah, serta tingkat pendidikan menengah. Pengetahuan (p<0,001), status sosial ekonomi (P=0,008), dan tingkat pendidikan (p=0,024) berhubungan dengan tingkat kecemasan pasien. Sedangkan faktor usia dan jenis kelamin tidak berhubungan dengan tingkat kecemasan.
Simpulan : Pengetahuan, status sosial ekonomi dan tingkat pendidikan berhubungan dengan tingkat kecemasan pasien.
Kata kunci: Kecemasan, kanker, faktor demografi, RSUP Dr. Kariadi
RSUP Dr. Kariadi
2013-02-17
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/58
10.36408/mhjcm.v1i2.58
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 1 No 2 (2012): Med Hosp; Nov 2012
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 1 No. 2 (2012): Med Hosp; Nov 2012
2685-7898
2301-4369
ind
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/58/48
Copyright (c) 2014 MEDICA HOSPITALIA - JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/59
2022-11-17T03:03:49Z
mh:Ori
Pengaruh Suplementasi Modisco Putih Telur Terhadap Perubahan Kadar Albumin pada Pasien Bedah dengan Hypoalbuminemia di RSUP Dr. Kariadi Semarang
Supriyatna, Supriyatna
Latar belakang : Makanan tinggi potein dapat meningkatkan dan mempertahankan kadar albumin. Modisco putih telur (MPT) merupakan suplementasi tinggi protein tinggi kalori yang dapat meningkatkan kadar albumin darah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh suplementasi MPT terhadap perubahan kadar albumin darah pada pasien hipoalbuminemia.
Metode : Penelitian Quasi Eksperimen pada pasien hipoalbuminemia di bangsal bedah RSUP Dr Kariadi Semarang pada bulan Agustus–September 2009 dan bulan Februari–Maret tahun 2010. Sampel diambil secara purposive terdiri dari 20 perlakuan dan 20 kontrol dengan kriteria inklusi umur 21 s/d 60 tahun, diet peroral bentuk makanan biasa atau lunak. Pasien dengan gangguan fungsi hepar dan ginjal serta menjalani operasi dalam 5 hari pengamatan dieksklusi. Kadar albumin darah sebelum perlakuan diambil dari rekam medik, evaluasi kadar albumin dilakukan pada hari ke-5. Hasil analisis dengan uji independent t test dan paired t test.
Hasil : Rerata kadar albumin darah hari pertama pada kelompok perlakuan adalah 2,5 mg/dl ± 0,22 dan kelompok kontrol 2,4 mg/dl
± 0,55. Evaluasi hari ke 5 kadar albumin darah pada kelompok perlakuan sebanyak 2,7 mg/dl ± 0,47 dan kelompok kontrol 2,2 mg/dl ± 0,53. Uji statistik didapatkan perbedaan bermakna pada perubahan kadar albumin antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol (p=0,002).
Simpulan : Terdapat perbedaan bermakna kadar albumin antara responden yang diberi MPT dengan yang tidak diberi MPT.
Kata kunci: hipoalbumin, kasus bedah, modisco putih telur.
RSUP Dr. Kariadi
2013-02-17
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/59
10.36408/mhjcm.v1i2.59
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 1 No 2 (2012): Med Hosp; Nov 2012
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 1 No. 2 (2012): Med Hosp; Nov 2012
2685-7898
2301-4369
ind
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/59/49
Copyright (c) 2014 MEDICA HOSPITALIA - JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/60
2022-11-17T03:03:49Z
mh:Ori
Percutaneous Ballon Mitral Valvuloplasty pada Wanita Hamil 22 Minggu Akibat Mitral Stenosis Berat dengan Penyulit Gagal Jantung Kongestif dan Hipertensi Pulmonal Berat
Limantoro, Charles
Rifqi, Sodiqur
-, Adityana
Suryyana, Intan
Latar Belakang : Gagal jantung kongestif (GJK) pada wanita hamil merupakan masalah kritis karena tingkat kesakitan dan kematian ibu dan janin yang tinggi. Salah satu penyebab utama GJK adalah stenosis mitral (SM) yang merupakan lesi katup pada penyakit jantung rematik (PJR) yang paling sering dijumpai. Perubahan- perubahan kardiovaskular yang terjadi pada saat kehamilan seringkali memunculkan berbagai gejala dan tanda gangguan katup mitral pada PJR.
Kasus : Seorang wanita 36 tahun, hamil 22 minggu, kehamilan ke-6, dengan keluhan utama sesak napas, dirujuk ke RSUP Dr. Kariadi. Pasien didiagnosis sebagai gagal jantung kongestif (GJK) NYHA IV, dengan hipertensi pulmonal (HP) berat, stenosis mitral (SM) sedang-berat et causa PJR. Dilakukan Percutaneous Balloon Mitral Valvuloplasty (PBMV) untuk meringankan gejala gagal jantung dan mengurangi derajat HP dan Trans Esophageal Echocardiography (TEE) untuk memastikan ada atau tidak adanya thrombus di LAA dan mitral regurgitasi. Hasil TEE didapatkan PJR dengan SM sedang-berat, trikuspid regurgitasi sedang-berat, aortic regurgitasi ringan dan HP berat.
Diskusi : Perkembangan baru dalam penanganan penyakit katup meliputi Percutaneous Balloon Mitral Valvuloplasty (PBMV) untuk stenosis mitral. Penggunaannya pada pasien hamil harus diperhitungkan dengan matang, untuk memastikan kelangsungan hidup ibu dan meningkatkan kesejahteraan janin. Untuk penatalaksanaan mitral stenosis pada kehamilan dibutuhkan informasi mengenai derajat dan beratnya penyakit serta komplikasi yang terjadi pada penderita.
Simpulan : Percutaneous Balloon Mitral Valvuloplasty dapat dilakukan pada wanita hamil dengan GJK dan hipertensi pulmonal dengan mempertimbangkan derajat penyakit, komplikasi dan penyulit lainnya .
RSUP Dr. Kariadi
2013-02-17
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/60
10.36408/mhjcm.v1i2.60
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 1 No 2 (2012): Med Hosp; Nov 2012
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 1 No. 2 (2012): Med Hosp; Nov 2012
2685-7898
2301-4369
ind
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/60/69
Copyright (c) 2014 MEDICA HOSPITALIA - JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/61
2022-11-17T03:03:49Z
mh:Ori
Primary Percutaneous Coronary Intervention (Primary PCI), Senjata "Baru" Untuk Melawan Serangan Jantung Akut
Rifki, Sodiqur
Serangan jantung akut atau infark miokard akut (acute myocardial infarction) adalah suatu momok yang mengerikan. Keluhan nyeri dadanya begitu menakutkan sehingga bisa membuat seorang perokok fanatik yang sudah puluhan tahun merokok dan tidak pernah mau mendengar saran dari siapapun, termasuk cucunya, tiba- tiba mau berhenti merokok seketika. Seorang yang pernah mengalami serangan ini mengatakan bahwa rasa ajal mau menjemput (feeling of death) itu begitu menakutkan, sehingga membuatnya tak ingin mengalaminya lagi.
Dari semua pasien infark miokard, 25–35% akan meninggal sebelum mendapat pengobatan, umumnya disebabkan oleh gangguan irama jantung yang letal, yaitu fibrilasi ventrikel.1,2 Pasien yang berhasil sampai ke rumah sakit dari tahun ke tahun semakin menurun angka kematiannya. Penurunan tersebut terjadi karena beberapa hal, terutama sejak adanya perawatan CCU (Coronary Care Unit) dan dikembangkannya terapi reperfusi baik secara farmakologis dengan obat fibrinolitik maupun reperfusi mekanik dengan percutaneous coronary intervention (PCI). Sayangnya, data nasional Indonesia belum ada, tetapi analisis data register nasional di Amerika Serikat menunjukkan penurunan angka kematian pasien infark miokard yang mendapatkan terapi reperfusi jauh lebih rendah (5,7%), dibandingkan dengan yang tidak mendapatkan terapi reperfusi (14.8%).
RSUP Dr. Kariadi
2013-02-17
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/61
10.36408/mhjcm.v1i2.61
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 1 No 2 (2012): Med Hosp; Nov 2012
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 1 No. 2 (2012): Med Hosp; Nov 2012
2685-7898
2301-4369
ind
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/61/51
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/62
2022-11-17T03:18:31Z
mh:Ori
Tromboemboli Vena pada Kanker
C, Suharti
Trombosis merupakan komplikasi yang sering terjadi padapenderita kanker , angka kejadiannya makin meningkat, dan merupakan penyebab kematian kedua pada penderita dengan kanker . Trombosis pada kanker mempunyai angka kekambuhan dan risiko perdarahan yang tinggi, dan memerlukan pengobatan dengan antikoagulan jangka panjang.Patogenesi s trombosi s pada kanker mel i put i beberapa mekanisme yang saling berhubungan termasuk antara lain faktor jaringan yang berasal dari tumor dan peranan trombosit. Faktor jaringan diekspresikan oleh sel tumor yang diinduksi oleh pengaktifan onkogen, inaktivasi gen yang menekan tumor , serta berbagai mediator termasukantara lain tumor necrosis factor interleukin -1, liganC , trombin and vascular endothelial growth factor. Selain itu juga prokoagulan kanker , yakni suatu proteasesistein yang hanya didapatkan pada sel kanker dan jaringan amnion. Faktor ekstrinsik seperti pemberian kemoterapi, agen terapi target seperti bevacizumab, thalidomide, lenalidomide, sunitinib dan sorafenib, juga sering menimbulkan kejadian trombosis. Pencegahan dan terapi yang efektif untuk tromboemboli vena dapat menurunkan angka morbiditas dan memperpanjang usia. Heparin berat molekul rendah merupakan pilihan yang efektif dan aman untuk pencegahan maupun terapi tromboemboli vena, dibanding unfractionated heparin and antagonis vitamin K. Saat ini telah terdapat panduan baru untuk pencegahan maupun terapi, yang direkomendasikan bagi penderita kanker yang dirawat dirumah sakit maupun penderita kanker yang akan menjalani tindakan bedah mayor
RSUP Dr. Kariadi
2013-08-22
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/62
10.36408/mhjcm.v1i3.62
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 1 No 3 (2013): Med Hosp; Mei 2013
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 1 No. 3 (2013): Med Hosp; Mei 2013
2685-7898
2301-4369
ind
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/62/66
Copyright (c) 2014 MEDICA HOSPITALIA - JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/63
2022-11-17T03:18:31Z
mh:Ori
Aspek Biomolekuler Apoptosis, Caspase-3 & RAK pada Pemberian Morinda Citrifolia L (Mengkudu) Tikus Sprague Dawley Diabetes Nefropati yang Diinduksi Streptocotocin (STZ)
KS, Indranila
Latar belakang : Nefropati diabetes (ND) adalah salah satu bentuk komplikasi mikrovaskuler yang sering dijumpai pada penderita diabetes mellitus (DM). Morinda citrifolia L (Mengkudu) memiliki komponen zat bioaktif bersifat imunomodulator, imunosupresif, anti inflamasi dan antiapoptosis, diharapkan dapat memperbaiki fungsi ginjal dengan pengukuran biomarker RAK, indeks apoptosis, dan caspase-3.
Tujuan penelitian : Membuktikan peran Morinda citrifolia L(MC) dalam memperbaiki fungsi ginjal ND pada tikus SD yang diinduksi STZ.
Metode penelitian :The post test only control group desain. Tiga puluh enam ekor tikus Sprague Dawley dibagi menjadi 6 kelompok : 2 kelompok kontrol, dan 4 kelompok perlakuan. Tikus diinduksi STZ dosisi 40 mg/kgBB selama 8 minggu, kemudian di beri MC dosis 10,20,40,80mg/dL selama 2 minggu. Pada akhir penelitian tikus diperiksa RAK, indeks apoptosis, caspase-3. Data dianalisis menggunakan Mann Whitney dan regresi linier berganda. dengan tingkat kemaknaan p<0,05.
Hasil dan pembahasan :Pada penelitian ini digunakan 36 ekor tikus SD yang dikelompokkan menjadi 6 kelompok yaitu kelompok 1 mendapat kelompok STZ + MC 10 mg, 1 kelompok mendapat kelompok STZ + MC 20 mg,1 kelompok STZ + MC 40 mg, 1kelompok STZ + MC 80 mg,1 kelompok STZ / kontrol (+ ) dan 1 kelompok kelompok kontrol (-). Hasil uji statistik menunjukkan RAK urin kelompok MC 20 mg adalah lebih rendah secara bermakna dibanding kelompok kontrol (+) dengan nilai p=0,04. Indeks apoptosis kelompok MC 20 mg adalah lebih rendah secara bermakna dibanding kontrol (+) dengan p=0,002. Ekspresi caspase-3 jaringan glomerulus yang tertinggi adalah pada kelompok yang mendapat STZ dan MC yang paling rendah adalah pada kelompok yang mendapat MC 20 mg. Korelasi antara ekspresi caspase-3 dengan indeks apoptosis pada jaringan glomerulus dan tubulus ginjal menunjukkan adanya korelasi positip kuat (p<0,001) Hal ini secara tidak langsung dapat menjelaskan apotosis yang terjadi pada jaringan nefron ginjal adalah melalui jalur caspase.
Simpulan dan saran : Pemberian Morinda citrifolia L dosis 10,20,40,80mg/dL dapat menurunkan status albuminuri berdasarkan pengukuran RAK, indeks apoptosis glomerulus, ekspresi caspase-3. Pemberian ekstrak Morinda citrifolia L dapat memperbaiki fungsi ginjal paling bermakna pada konsentrasi 20 mg/dL,dan berpengaruh paling kuat untuk perbaikan ND melalui apoptosis glomerulus terhadap penurunan status albuminuria (RAK).Perlu dilakukan penelitian lanjutan pada manusia, dengan dosis 100mg/kgBB, yang merupakan hasil konversi dosis 20mg/dL pada tikus.
Kata kunci : nefropati diabetes, morinda citrifolia L, tikus SD, STZ, apoptosis, caspase-3, RAK
RSUP Dr. Kariadi
2013-08-22
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/63
10.36408/mhjcm.v1i3.63
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 1 No 3 (2013): Med Hosp; Mei 2013
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 1 No. 3 (2013): Med Hosp; Mei 2013
2685-7898
2301-4369
ind
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/63/53
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/64
2022-11-17T03:18:31Z
mh:Ori
Pengaruh Pemberian Tambahan Putih Telur pada Diet Tinggi Kalori dan Protein terhadap Kadar Albumin Darah Penderita Keganasan Kepala Leher dengan Hipoalbuminemia
Ruspita, Dian
-, Suprihati
-, Amriyatun
Puruhita, Niken
Latar belakang : Penderita keganasan kepala leher sering mengalami hipoalbuminemia karena asupan makanan yang menurun akibat terjadi gangguan saluran cerna, nyeri, depresi, konstipasi, malabsorbsi, efek samping pengobatan. Salah satu syarat kemoterapi adalah kadar albumin yang cukup. Putih telur adalah salah satu sumber asam amino yang dapat membentuk albumin bila dikonsumsi secara proporsional. Tujuan penelitian ini adalah membuktikan pemberian tambahan putih telur pada diet tinggi kalori dan protein dapat meningkatkan kadar albumin d a r a h p e n d e r i t a ke g a n a s a n ke p a l a l e h e r d e n g a n hipoalbuminemia.
Metode : Penelitian intervensi dengan control trial pretest–post test design di bangsal RSUP Dr Kariadi Semarang, sejak Desember 2010 – Mei 2011. Sampel adalah pasien keganasan kepala leher yang dirawat untuk mendapatkan kemoterapi yang memenuhi kriteria inklusi. Jumlah sampel minimal yang dibutuhkan adalah 11 subyek untuk tiap kelompok. Kelompok penelitian adalah kelompok A yaitu kelompok diet putih telur, B yaitu kelompok diet tanpa telur dan C yaitu kelompok diet tambahan putih telur. Setelah pemberian diet putih telur ayam 5 hari kemudian dianalisis selisih kadar albumin pada hari ke–21 dan sebelum perlakuan. Analisis data menggunakan SPSS for Windows 17.0.
Hasil : Empat puluh lima kasus hipoalbuminemia memenuhi kriteria inklusi dan 40 subyek yang dapat dianalisis. Selisih albumin kelompok A (0,18±0,51), B (0,02±0,61), C (0,02±0,41). Tidak
didapatkan perbedaan bermakna selisih kadar albumin setelah dan sebelum perlakuan berdasarkan hasil uji one way anova (p=0,656).
Simpulan : Tambahan putih telur pada diet tinggi kalori dan protein dapat meningkatkan kadar albumin darah penderita keganasan kepala leher dengan hipoalbuminemia pada hari ke-21 namun secara statistik tidak bermakna.
Kata kunci: putih telur, keganasan kepala leher, hipoalbuminemia, kadar albumin.
RSUP Dr. Kariadi
2013-08-22
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/64
10.36408/mhjcm.v1i3.64
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 1 No 3 (2013): Med Hosp; Mei 2013
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 1 No. 3 (2013): Med Hosp; Mei 2013
2685-7898
2301-4369
ind
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/64/54
Copyright (c) 2014 MEDICA HOSPITALIA - JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/65
2022-11-17T03:18:31Z
mh:Ori
Karakteristik Pasien HIV/AIDS dengan Kandidiasis Orofaringeal di RSUP Dr . Kariadi Semarang
Sofro, Muchlis
Angita, Innes
Isbandrio, Bambang
Latar belakang : Epidemi HIV/AIDS di Indonesia merupakan salah satu yang paling cepat di Asia. Penelitian di RSUP Dr. Kariadi Semarang menunjukkan bahwa infeksi oportunistik yang tersering pada pasien HIV/AIDS adalah kandidiasis orofaringeal sebesar 79%. Kandidiasis orofaringeal merupakan infeksi oportunistik mukosa yang banyak disebabkan oleh jamur Candida albicans, tetapi dapat disebabkan oleh spesies lain seperti Candida glabrata, Candida tropicalis dan Candida krusei. Tujuan penelitian adalah mengetahui karakteristik dan jenis kandida pasien HIV/AIDS dengan kandidiasis orofaringeal di RSUP Dr. Kariadi Semarang.
Metode : Penelitian deskriptif observasional pada pasien HIV/AIDS dengan kandidiasis orofaringeal yang dirawat di Bangsal Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang pada Desember 2010–Mei 2011. Kriteria diagnosis melalui identifikasi mikrobiologi (pengecatan gram, kultur, germ tube dan fermentasi)
Hasil : Total 42 Pasien HIV/AIDS dengan kandidiasis orofaringeal terdapat 29 laki-laki (69%), rentang usia terbanyak 30–39 tahun, pekerjaan buruh dan pegawai swasta (21,43%), pasien sudah menikah (88,09%), underweight (52,38%), berasal dari Semarang (33,33%), CD4 <50 sel/µl (78,57%). Hasil kultur mikrobiologi 40 sampel tumbuh koloni kandida, 75% tumbuh >300 koloni kandida, jenis spesies kandida 55% non C. albicans yang terdiri dari C. stellatoidea 15%, C. tropicalis 15%, C. parapsilosis 12,5%, C. krusei 7,5%, C. glabrata 2,5%, C. guilliermondia 2,5%.
Simpulan : Pasien HIV/AIDS yang menderita kandidiasis orofaringeal sebagian besar mempunyai CD4 <50 sel/µl, didapatkan koloni kandida pada kultur mikrobiologi dengan 55% diantaranya jenis non C. albicans.
Kata kunci : Kandidiasis orofaringeal, HIV/AIDS
RSUP Dr. Kariadi
2013-08-22
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/65
10.36408/mhjcm.v1i3.65
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 1 No 3 (2013): Med Hosp; Mei 2013
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 1 No. 3 (2013): Med Hosp; Mei 2013
2685-7898
2301-4369
ind
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/65/55
Copyright (c) 2014 MEDICA HOSPITALIA - JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/66
2022-11-17T03:18:31Z
mh:Ori
Asosiasi Genotip Apolipoprotein E dengan Keluaran Pasien Pasca Stroke Iskemik
Sebastian, Everhardus
Kustiowati, Endang
-, Noorwijayahadi
Latar belakang : Gen Apolipoprotein E (ApoE) diduga mempunyai peranan dalam kepekaan kejadian dan keluaran stroke. ApoE berperan dalam plastisitas susunan saraf pusat dengan melindungi dan memperbaiki neuron secara langsung maupun melalui protein yang dibentuknya. Alel ApoE ?4 memiliki kadar kolesterol plasma yang lebih tinggi serta kurang efektif dalam memproteksi neuron dari proses inflamasi dibandingkan alel ApoE ?2 dan ?3. Hubungan antara genotip ApoE dan keluaran fungsional pada pasien stroke iskemik masih kontroversi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui adanya asosiasi antara alel genotip ApoE dan faktor risiko stroke dengan keluaran pada pasien pasca stroke iskemik.
Metode : penelitian belah lintang dari bulan April – Juni 2012 dengan pengambilan sampel secara konsekutif sebanyak 34 pasien pasca stroke iskemik di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Dilakukan anamnesis, pemeriksaan status neurologis dengan NIHSS, pemeriksaan laboratorium darah serta pemeriksaan genotip ApoE dengan metode PCR-RFLP. Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan pengolah data statistik.
Hasil : Tidak didapatkan asosiasi antara genotip ApoE dengan skor NIHSS. Terdapat asosiasi antara umur, kadar kolesterol total dengan skor NIHSS (p<0,05)
Simpulan : Tidak didapatkan asosiasi antara genotip ApoE dengan keluaran pasien pasca stroke iskemik.
Kata kunci : Genotip ApoE, Skor NIHSS, Stroke Iskemik
RSUP Dr. Kariadi
2013-08-22
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/66
10.36408/mhjcm.v1i3.66
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 1 No 3 (2013): Med Hosp; Mei 2013
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 1 No. 3 (2013): Med Hosp; Mei 2013
2685-7898
2301-4369
ind
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/66/56
Copyright (c) 2014 MEDICA HOSPITALIA - JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/67
2022-11-17T03:18:31Z
mh:Ori
Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamat peroral terhadap Degenerasi Neuron Piramidal CA1 Hipokampus pada Tikus Wistar
Simon, Halomoan
Muhartomo, Hexanto
Pudjonarko, Dwi
Latar belakang : Monosodium glutamat (MSG) adalah garam sodium dari asam amino asam glutamat digunakan luas di masyarakat sebagai penyedap rasa. Pemakaian MSG dalam dosis tepat relatif aman. Penggunaan MSG dalam dosis tinggi dan berlangsung lama menyebabkan gangguan neuroendokrin dan degenerasi neuron, sehingga muncul pertanyaan seberapa jauh MSG peroral berpengaruh terhadap degenerasi neuron piramidal di regio CA1 hipokampus. Tujuan penelitian ini adalah membuktikan pengaruh pemberian MSG peroral terhadap degenerasi neuron piramidal di regio CA1 hipokampus pada tikus Wistar.
Metode: Penelitian eksperimental laboratorik dengan 30 tikus Wistar jantan usia 8 minggu, berat 200 gram dibagi menjadi 5 kelompok (1 kelompok kontrol, 4 kelompok perlakuan) diberikan MSG secara oral dosis 5 mg/grBB/hr dan 10 mg/grBB/hr selama 4 minggu. Setelah 2 minggu dan 4 minggu perlakuan dilakukan pemeriksaan patologi anatomi di jaringan hipokampus dan rerata jumlah sel piramidal yang berdegenerasi pada CA1 hipokampus dianalisa dengan Uji ANOVA dilanjutkan Post Hoc, Kruskal Wallis Test dilanjutkan Mann-Whitney Test, uji Paired T-Test dan Wilcoxon Signed Ranks Test. Analisa data menggunakan program SPSS versi 17.0.
Hasil: Ada perbedaan bermakna pada rerata jumlah neuron piramidal yang berdegenerasi di regio CA1 hipokampus antara kelompok penelitian setelah 2 minggu dan 4 minggu perlakuan (p=0,0001).
Simpulan: Pemberian MSG per oral dosis 5 mg/grBB/hr dan
10 mg/grBB/hr selama 2 minggu dan 4 minggu terbukti berpengaruh terhadap rerata jumlah neuron piramidal yang berdegenerasi di region CA1 hipokampus tikus Wistar.
Kata kunci: Monosodium glutamat, degenerasi neuron piramidal CA1 hipokampus.
RSUP Dr. Kariadi
2013-08-24
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/67
10.36408/mhjcm.v1i3.67
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 1 No 3 (2013): Med Hosp; Mei 2013
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 1 No. 3 (2013): Med Hosp; Mei 2013
2685-7898
2301-4369
ind
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/67/57
Copyright (c) 2014 MEDICA HOSPITALIA - JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/68
2022-11-17T03:18:31Z
mh:Ori
Hubungan Gambaran Foto Toraks Posisi Supine dengan Volume Efusi Pleura Berdasarkan Pemeriksaan Ultrasonografi
Wulandari, Komang
Satoto, Bambang
Suryanto, Agus
Latar belakang : Foto toraks dan ultrasonografi merupakan sarana pemeriksaan radiologi yang sederhana dan praktis untuk memperlihatkan efusi pleura. Manifestasi gambaran radiologi pada foto toraks supine dapat bervariasi tergantung dari jumlah volume efusi pleura yang dapat diperkirakan dengan pemeriksaan ultrasonografi. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan gambaran foto toraks posisi supine dengan volume efusi pleura berdasarkan pemeriksaan ultrasonografi (USG).
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan menggunakan rancangan belah lintang dan subyek penelitian adalah pasien dengan efusi pleura yang telah mendapatkan pemeriksaan ultrasonografi dan pemeriksaan foto toraks supine di RSUP Dr. Kariadi Semarang pada bulan Januari–April 2011.
Hasil : Terdapat 53 paru yang diperiksa dari 35 subyek penelitian yang terdiri dari 16 laki-laki (45,7%) dan 19 perempuan (54,3%). Gambaran peningkatan densitas homogen hemitoraks dan kesuraman sinus kostofrenikus lateralis keduanya terjadi pada semua paru yang diteliti. Sedangkan hilangnya silhouette hemidiafragma terjadi pada 41 paru (77,4%) dan apical capping terdapat pada 18 paru (35,8%). Sebagian besar paru yang diteliti
24 (45,3%) berada pada kelompok volume efusi pleura 600–1000 ml (efusi pleura moderate). Peningkatan densitas homogen hemitoraks dan kesuraman sinus kostofrenikus lateralis dijumpai pada semua tingkat volume efusi pleura tetapi tidak berhubungan dengan tingkat volume efusi pleura (p=0,180) sedangkan variabel hilangnya silhouette hemidiafragma dan apical capping masing-masing mempunyai hubungan yang bermakna dengan tingkat volume efusi pleura (p=0,0001). Secara statistik dengan uji Kappa menunjukkan adanya kesesuaian hasil pembacaan oleh kedua dokter spesialis radiologi (p=0,889). Simpulan : Terdapat hubungan yang bermakna antara gambaran foto toraks posisi supine (AP) dengan volume efusi pleura yang diukur dengan USG. Gambaran radiologis yang bermakna pada foto toraks posisi supine yaitu hilangnya sillhouette hemidiafragma dan apical capping yang akan ditemukan pada volume efusi pleura ? 600 ml.
Kata kunci : Efusi pleura, volume efusi pleura, apical capping, hilangnya silhouette hemidiafragma.
RSUP Dr. Kariadi
2013-08-24
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/68
10.36408/mhjcm.v1i3.68
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 1 No 3 (2013): Med Hosp; Mei 2013
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 1 No. 3 (2013): Med Hosp; Mei 2013
2685-7898
2301-4369
ind
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/68/58
Copyright (c) 2014 MEDICA HOSPITALIA - JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/71
2022-11-17T03:18:31Z
mh:Ori
Pelaksanaan Terapi Bermain oleh Mahasiswa Profesi Ners di Bangsal Perawatan Anak RSUP Dr . Kariadi Semarang
Fatmawati, Endang
Samiasih, Amin
-, Pawestri
Latar belakang : Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses berkesinambungan dari janin sampai dewasa dan proses itu membutuhkan stimulasi agar tercapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Salah satu stimulasi yang dapat diberikan adalah bermain. Kegiatan bermain seharusnya di berikan pada setiap anak, baik sehat maupun yang sedang mendapatkan perawatan di rumah sakit. Ketika anak di rawat di rumah sakit, perawat maupun mahasiswa keperawatan sangat berperan dalam memberikan asuhan keperawatan tanpa mengabaikan kebutuhan anak untuk bermain. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran pelaksanaan terapi bermain oleh mahasiswa profesi Ners di ruang C1L2 RSUP Dr Kariadi Semarang.
Metode : Jenis penelitian diskriptif kualitatif. Data dikumpulkan dengan pengamatan, kuesioner, wawancara mendalam, dan diskusi kelompok terarah. Subyek adalah mahasiswa profesi Ners yang belajar di ruang C1L2 RSUP Dr. Kariadi, yang diambil dengan teknik purposive sample.
Hasil : Penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa profesi Ners kurang menguasai materi, tetapi terampil dalam melaksanakan terapi bermain sesuai satuan angka pembelajaran (SAP) dan standar prosedur operasional (SPO). Kegiatan terapi bermain yang kurang dipersiapkan dengan baik akan menghambat dalam pelaksanaan terapi bermain, untuk itu diperlukan supervisi oleh pembimbing akademik dan pembimbing klinis. Diperlukan rekomendasi untuk yang dapat dipakai sebagai acuan dan pengembangan pelaksanaan terapi bermain.
Simpulan : Mahasiswa profesi Ners kurang menguasai materi terapi bermain, walaupun trampil dalam melaksanakannya.
Kata kunci : Terapi Bermain, mahasiswa Profesi Ners, Bangsal Perawatan Anak
RSUP Dr. Kariadi
2013-08-24
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/71
10.36408/mhjcm.v1i3.71
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 1 No 3 (2013): Med Hosp; Mei 2013
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 1 No. 3 (2013): Med Hosp; Mei 2013
2685-7898
2301-4369
ind
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/71/59
Copyright (c) 2014 MEDICA HOSPITALIA - JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/73
2022-11-17T03:18:31Z
mh:Ori
Tindakan Keperawatan yang Diterima Pasien Preoperatif di Bangsal Bedah RSUP Dr . Kariadi Semarang
Qosim, Nanang
Latar belakang : Persiapan preoperasi sangat diperlukan karena kesuksesan suatu tindakan pembedahan berawal dari kesuksesan persiapan yang dilakukan selama tahap persiapan. Kesalahan yang dilakukan pada saat tindakan preoperatif apapun bentuknya dapat berdampak pada tahap-tahap selanjutnya.
Metode : Desain yang digunakan diskriptif dengan pendekatan survey, besar sampel 60 orang. Penelitian dilakukan bulan Maret–April 2011. Kriteria inklusi adalah responden kondisi sadar dan sehat jiwa. Alat yang digunakan berupa kuesioner (angket) yang sebelumnya telah dilakukan uji validitas. Hasil baik apabila kuantitas 76% atau >25% tindakan keperawatan/4 aspek. Hasil cukup apabila kuantitas 60–75% atau 20–25% tindakan keperawatan/3–4 aspek. Hasil kurang apabila kuantitas <60% atau<20% tindakan keperawatan/<3 aspek. Analisis data secaraunivariat
Hasil : Aspek informed consent, persiapan penunjang, persiapan anestesi, dan premedikasi dilakukan dengan baik dengan prosentase lebih dari 76%. Aspek psikis dan aspek fisik khususnya pada sub aspek latihan praoperasi yang diterima responden adalah kurang <60 %. Sub aspek personal hygiene tindakan yang diterima responden adalah cukup (71%).
Simpulan : Tindakan keperawatan pada aspek informed consent, persiapan penunjang, persiapan anestesi dan premedikasi adalah baik. Tindakan keperawatan pada sub aspek personal hygiene adalah cukup. Pada sub aspek latihan praoperasi dan persiapan psikis adalah kurang.
Kata kunci : Tindakan keperawatan, preoperatif
RSUP Dr. Kariadi
2013-08-24
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/73
10.36408/mhjcm.v1i3.73
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 1 No 3 (2013): Med Hosp; Mei 2013
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 1 No. 3 (2013): Med Hosp; Mei 2013
2685-7898
2301-4369
ind
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/73/61
Copyright (c) 2014 MEDICA HOSPITALIA - JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/74
2022-11-17T03:18:31Z
mh:Ori
Management of Obstructive Sleep Apnea Syndrome in Obese Children
Rosalina, Vina
Mexitalia, Maria
Wastoro, Dwi
Background : Obstructive Sleep Apnea Syndrome (OSAS) is strongly associated with obesity. The common presenting complaints are excessive daytime sleepiness and loud snoring which potential for significant comorbidity of metabolic syndrome and decreasing in quality of life.
Case : An 11-year-old obese boy was refereed to Dr. Kariadi Hospital with complaints of fatique and frontal headache. His mother reported the loud snoring, apneic events during the night, excessive daytime sleepiness, increased irritability, and difficulty of school learning. Imaging studies showed cardiomegaly, adenoidal/nasopharyngeal ratio 0.714; opaque mass on cervical and airway space narrowing. Tympanometric audiogram showed mild right conductive hearing loss. The patient was diagnosed with OSAS, chronic and hypertrophic adenotonsillitis, severe hypertension, dilated right ventricle, right conductive hearing loss, obesity. The boy was undergone adenotonsillectomy and management of weight lossed. Antihipertensive and other supportive medication were given and good results.
Discussion : The recommended initial treatment, even in obese children, consists of surgical removal of the adenoids and tonsils.5,6 Several studies have shown that adenotonsillectomy reverses the symptoms and confirm the beneficial effects for OSAS on children's growth, school performance, improvements in PSG, behavior, QoL and cardiac function. The success rate for adenotonsillectomy in the context of OSA was approximately 85%.
Conclusion : Adenotonsillectomy and weight reduction is considered to be the primary intervention for OSAS children. Because the case had also severe hypertension, antihypertensive and other supportive medicine were give and had a good result.
Keywords : OSAS, obesity, children, adenotonsillectomy
RSUP Dr. Kariadi
2013-08-24
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/74
10.36408/mhjcm.v1i3.74
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 1 No 3 (2013): Med Hosp; Mei 2013
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 1 No. 3 (2013): Med Hosp; Mei 2013
2685-7898
2301-4369
ind
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/74/62
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/75
2022-11-17T03:18:31Z
mh:Ori
Deteksi Dini Serta Evaluasi pada Anak yang Dicurigai Keganasan
Sudarmanto, Bambang
Penatalaksanaan kanker anak dan dewasa saat ini berkembang dengan pesat. Hal ini bisa terjadi karena berkembangnya pusat pelayanan kanker anak di rumah sakit dengan tersedianya sarana medik dan obat kemoterapi serta bertambahnya tenaga ahli di rumah sakit, ditunjang dengan beberapa hasil riset dengan metode yang lebih baik dibidang diagnosis dan strategi pengobatan.
Disisi lain jumlah kasus yang selalu bertambah dilaporkan 12.000 kasus baru kanker anak pada usia anak 10 tahun di Amerika Serikat (AS).1 Di Indonesia belum ada data yang konkrit peningkatan jumlah kasus kanker anak setiap tahunnya, namun di pahami bersama bahwa jumlah pasien rawat inap dengan kanker rujukan dari rumah sakit kabupaten meningkat.
Di Negara maju AS dikatakan bahwa kanker anak merupakan penyebab kematian tertinggi pada usia anak setelah infeksi dankecelakaan lalu lintas. Meskipun penurunan angka kematian pada usia dibawah 14 tahun menurun terutama pada kasus limfoma maligna (LMNH), sarkoma jaringan lunak serta leukemia limfoblastik akut.
Bahwa anak bukanlah orang dewasa yang kecil perlu di pahami bersama, sehingga jenis kanker pada anak sangat berbeda dengan jenis kanker pada dewasa. Leukemia limfoblastik akut misalnya merupakan jumlah terbesar kanker pada anak usia 0–14 tahun.
RSUP Dr. Kariadi
2013-08-24
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/75
10.36408/mhjcm.v1i3.75
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 1 No 3 (2013): Med Hosp; Mei 2013
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 1 No. 3 (2013): Med Hosp; Mei 2013
2685-7898
2301-4369
ind
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/75/63
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/80
2022-11-17T03:18:22Z
mh:Ori
Prediksi Keberhasilan Kehamilan Teknik Fertilisasi in Vitro Pada Berbagai Umur Istri
Soegiharto, Soebijanto
Obyektif: Tulisan ini mempelajari hubungan keberhasilankehamilan teknik fertilisasi in vitro dengan umur istri.Metode: Dilakukan penilaian kehamilan pada 8 buah pusat pelayanan fertilisasi in vitro di Indonesia: di Rumah Sakit Anak dan Bersalin Harapan Kita sejak tahun 1997 sampai 2001 dan 7 Pusat Pelayanan fertilisasi in vitro di Indonesia. Induksi folikel dilakukan dengan long protocol, short protocoldan natural cycle. Inseminasi dilakukan dengan cara inseminasi di cawan petri dan dengan cara ICSI (intra cytoplasmic sperm injection). Pengambilanspermatozoa dilakukan dengan masturbasi, biopsi testes, dan biopsi epididimis. Keberhasilan kehamilan dinilai dengankehamilan kimiawi, adanya denyut jantung bayi dan kelahiran bayi hidup (take home baby).Hasil: Diperoleh hasil kehamilan 34% untuk kelompok umur di bawah 30 tahun, 33,75% untuk kelompok umur 31-35 tahun, 26% untuk kelompok umur 36-40 tahun dan 8% untuk kelompok umur di atas 40 tahun.
RSUP Dr. Kariadi
2014-09-30
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/80
10.36408/mhjcm.v2i1.80
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 2 No 1 (2013): Med Hosp; Nov 2013
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 2 No. 1 (2013): Med Hosp; Nov 2013
2685-7898
2301-4369
eng
ind
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/80/70
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/80/224
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/81
2022-11-17T03:18:22Z
mh:Ori
Pengaruh Penambahan Morfin dan Klonidin pada Bupivakain Dosis Rendah pada Anestesi Spinal untuk Bedah Sesar Ditinjau dari Perubahan Hemodinamik dan Kadar Glukosa Darah
Rindarto, Rindarto
Istanto, Widya
Latar belakang: anestesi spinal masih merupakan pilihan untuk operasi bedah sesar karena mula kerja dan masa pulih anestesia yang cepat, relatif mudah, kualitas blokade sensorik dan motorik yang baik, memungkinkan ibu tetap sadar pada saat kelahiran bayinya serta diduga dapat menurunkan kadar gula darah. Komplikasi anestesi ini adalah hipotensi. Untuk mengurangi efek, dilakukan dengan cara menurunkan dosis obat anestesi lokal dan ditambah dengan ajuvan. Penelitian ini akan membandingkan penggunaan bupivakain 0,5% hiperbarik 7,5 mg ditambah klonidin 75 mcg dan morfin 0,2 mg dengan bupivakain 0,5% hiperbarik 12,5 mg
RSUP Dr. Kariadi
2014-09-30
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/81
10.36408/mhjcm.v2i1.81
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 2 No 1 (2013): Med Hosp; Nov 2013
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 2 No. 1 (2013): Med Hosp; Nov 2013
2685-7898
2301-4369
eng
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/81/71
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/82
2022-11-17T03:18:22Z
mh:Ori
Uji Diagnosis Basil Tahan Asam pada Sputum dan Immunochromatography Tuberculosis Menggunakan Sampel Serum dan Darah Kapiler
Meita, Hendrianingtyas
Lisyani, Suromo
Latar belakang: Pemeriksaan basil tahan asam (BTA) sputum masih dipakai sebagai salah satu pemeriksaan baku emas dalam diagnosis tuberculosis (TB). Immunochromatography tuberculosis(ICT-TB) untuk mendeteksi antiTB merupakan teknik lain yang cepat, sederhana serta mudah pengoperasiannya denganmenggunakan sampel serum/plasma/darah lengkap. Penggunaan serum/plasma membutuhkan peralatan tertentu dan sering timbul kesulitan dalam sampling darah vena yang lebih invasif, sedangkan darah lengkap hanya dengan tusukan jari/kapiler. Tujuan penelitian ini adalah menentukan nilai diagnostikpemeriksaan ICT-TB serum dan darah kapiler terhadappemeriksaan sputum BTA
RSUP Dr. Kariadi
2014-09-30
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/82
10.36408/mhjcm.v2i1.82
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 2 No 1 (2013): Med Hosp; Nov 2013
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 2 No. 1 (2013): Med Hosp; Nov 2013
2685-7898
2301-4369
eng
ind
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/82/72
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/82/225
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/84
2022-11-17T03:18:22Z
mh:Ori
Efek Platelet-Rich Plasma dan Skin Needling Terhadap Perbaikan Skar Akne Atrofi Tipe Boxcar dan Rolling
Aprilia, Mandagie
Latar belakang: Platelet-rich plasma (PRP) mengandung faktor pertumbuhan otologus, yang bekerja secara sinergis dengan faktor pertumbuhan yang ditimbulkan oleh skin needling dengan tujuan untuk meningkatkan respon penyembuhan luka.Kombinasi PRP dan skin needling dapat meningkatkan efektifitas terapi. Penelitian ini bertujuan untuk menilai efek PRP dan skin needlingpada skar akne atrofi
RSUP Dr. Kariadi
2014-09-30
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/84
10.36408/mhjcm.v2i1.84
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 2 No 1 (2013): Med Hosp; Nov 2013
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 2 No. 1 (2013): Med Hosp; Nov 2013
2685-7898
2301-4369
eng
ind
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/84/73
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/84/226
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/86
2022-11-17T03:18:22Z
mh:Ori
Hubungan Kadar IL-23 Serum dan Skor Psoriasis Area Severity Index (PASI)
Sugianto, Rahmat
Latar belakang: Psoriasis adalah penyakit peradangan kronik residif dengan gambaran klinis plakat eritematosa bersisik. Psoriasis mempengaruhi kualitas hidup penderitanya. Derajat keparahan psoriasis diukur dengan skor Psoriasis Area Severity Index (PASI), suatu metode yang relatif bersifat subyektif. Penelitian terbaru melaporkan kemungkinan peran IL-23 dalam patogenesis psoriasis. IL-23 menstimulasi proliferasi sel Th17 yang berperan pada kronisitas psoriasis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi kadar IL-23 serum dan skor PASI pada penderita psoriasis
RSUP Dr. Kariadi
2014-09-30
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/86
10.36408/mhjcm.v2i1.86
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 2 No 1 (2013): Med Hosp; Nov 2013
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 2 No. 1 (2013): Med Hosp; Nov 2013
2685-7898
2301-4369
eng
ind
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/86/74
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/86/227
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/87
2022-11-17T03:18:22Z
mh:Ori
Kualitas Hidup Penderita Otitis Media Supuratif Kronik
Nur, Nugroho
Latar belakang: Otitis media supuratif kronik (OMSK) dapat mempengaruhi tingkat kualitas hidup seseorang dalam berbagai aspek kehidupan. Dilaporkan terjadi peningkatan health-related quality of life (HRQoL) penderita OMSK sesudah operasi. Penilaian HRQol khusus untuk OMSK di Indonesia belum pernah dilaporkan.Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai kualitas hidup penderita OMSK sebelum dan sesudah operasi.
RSUP Dr. Kariadi
2014-09-30
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/87
10.36408/mhjcm.v2i1.87
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 2 No 1 (2013): Med Hosp; Nov 2013
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 2 No. 1 (2013): Med Hosp; Nov 2013
2685-7898
2301-4369
eng
ind
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/87/75
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/87/228
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/88
2022-11-17T03:18:22Z
mh:Ori
Korelasi Antara Berat Badan Ibu Hamil dengan Berat Lahir Bayi
Charles, Budiman
Latar belakang: Berat lahir adalah indikator yang penting dan reliabel bagi kelangsungan hidup neonatus dan bayi, baik ditinjau dari segi pertumbuhan fisik dan perkembangan status mentalnya. Berat badan ibu hamil, tinggi ibu hamil dan kenaikan berat badan ibu selama kehamilan mampu memprediksi berat lahir secara signifikan. Namun, terdapat kesulitan pemantauan kenaikan berat badan saat kehamilan dan kurangnya informasi mengenai berat badan sebelum hamil karena buruknya pelayanan kesehatan di negara berkembang. Penelitian ini bertujuan untukmenemukankorelasi antara berat badan ibu hamil dengan berat lahir bayi di Indonesia
RSUP Dr. Kariadi
2014-09-30
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/88
10.36408/mhjcm.v2i1.88
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 2 No 1 (2013): Med Hosp; Nov 2013
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 2 No. 1 (2013): Med Hosp; Nov 2013
2685-7898
2301-4369
eng
ind
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/88/76
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/88/229
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/89
2022-11-17T03:18:22Z
mh:Ori
Gambaran Tiga Terlambat pada Kematian Ibu di Kota Semarang dan Kabupaten Semarang Tahun 2011
Natasha, Monika
Latar belakang: Kematian dan kesakitan pada perempuan hamil dan bersalin merupakan masalah yang cukup besar bagi negara-negara berkembang. Angka kematian Ibu (AKI) merupakan indikator yang mencerminkan status kesehatan ibu, terutama risiko kematian bagi ibu pada waktu hamil dan melahirkan. Berdasarkan laporan Puskesmas jumlah kematian ibu di Kota Semarang pada tahun 2011 sebanyak 31 kasus dengan jumlah kelahiran hidup sebanyak 25.182 atau sekitar 0,107%.Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik Kabupaten Semarang, jumlah kematian ibu di Kabupaten Semarang pada tahun 2011 sebanyak 14 kasus. Istilah "3 terlambat" dan "4 terlalu" merupakan fenomena yang paling sering terjadi dan merupakan faktor pendukung penyebab AKI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tiga keterlambatan pada kematian ibu di Kabupaten Semarang dan Kota Semarang mulai 1 Januari 2011 sampai 31 Desember 2011
RSUP Dr. Kariadi
2014-09-30
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/89
10.36408/mhjcm.v2i1.89
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 2 No 1 (2013): Med Hosp; Nov 2013
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 2 No. 1 (2013): Med Hosp; Nov 2013
2685-7898
2301-4369
eng
ind
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/89/77
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/89/230
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/90
2022-11-17T03:18:22Z
mh:Ori
Gambaran Elektromiografi Nervus Medianus pada Pasien Tension-type Headache dengan Hipereksitabilitas Saraf
Belladonna, Maria
Latar belakang: Tension-type headache (TTH) memiliki prevalensi tinggi dan dampak sosioekonomi besar. Patogenesisnya kompleks, salah satunya hipereksitabilitas saraf. Diagnosis pastihipereksitabilitas saraf dibuktikan dengan pemeriksaanelektromiografi (EMG). Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan parameter EMG motorik nervus medianus dengan derajat hipereksitabilitas saraf pada TTH
RSUP Dr. Kariadi
2014-09-30
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/90
10.36408/mhjcm.v2i1.90
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 2 No 1 (2013): Med Hosp; Nov 2013
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 2 No. 1 (2013): Med Hosp; Nov 2013
2685-7898
2301-4369
eng
ind
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/90/78
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/90/231
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/91
2022-11-17T03:18:22Z
mh:Ori
Perbandingan Efektifitas antara Bantal Pasir dan Arfeband sebagai Penekanan Luka Paska Angiografi Koroner
Junait, Junait
Rifqi, Sodiqur
Latar belakang: Tindakan angiografi koroner, dapat menimbulkan komplikasi perdarahan dan hematom serta rasa tidak nyaman pasien. Bantal pasir 2,3 kg selama ini digunakan untuk mencegah komplikasi dengan cara meletakkannya di atas luka paska angiografi koroner setelah pencabutan femoral sheath dan setelah penekanan secara manual selama 20-30 menit. Arfeband(Arteri Femoral Band) adalah prototipe yang dirancang sebagai alternatif pengganti bantal pasir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan efektifitas antara bantal pasir dan arfebandsebagai penekan luka paska angiografi koroner terhadap insiden perdarahan, haematom dan ketidaknyamanan pasien
RSUP Dr. Kariadi
2014-09-30
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/91
10.36408/mhjcm.v2i1.91
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 2 No 1 (2013): Med Hosp; Nov 2013
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 2 No. 1 (2013): Med Hosp; Nov 2013
2685-7898
2301-4369
eng
ind
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/91/79
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/91/232
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/92
2022-11-17T03:18:22Z
mh:Ori
Hubungan Kinerja Pengawas Menelan Obat terhadap Keberhasilan Pengobatan TB Paru dengan DOTS di RSUP Dr. Kariadi Semarang
Nurhayati, Jumaelah
Latar belakang: Jumlah pasien TB di Indonesia merupakan ke-3terbanyak di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah pasien sekitar 10% dari total jumlah pasien TB di dunia. Konsekuensinyadiperlukan pengobatan TB yang teratur dengan DOTS agar pasiensembuh. Keterlibatan dan kinerja pengawas minum obat yang baiksangat diperlukan agar pengobatan TB dengan DOTS berhasil.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara kinerjaPengawas Menelan Obat (PMO) dengan keberhasilan pengobatanTB Paru dengan DOTS di RSUP Dr. Kariadi Semarang.
RSUP Dr. Kariadi
2014-09-30
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/92
10.36408/mhjcm.v2i1.92
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 2 No 1 (2013): Med Hosp; Nov 2013
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 2 No. 1 (2013): Med Hosp; Nov 2013
2685-7898
2301-4369
eng
ind
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/92/80
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/92/233
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/93
2022-11-17T03:18:22Z
mh:Ori
Terapi Gizi pada Pria 27 Tahun dengan Fistula Gastrokutan Low Output Post Eksplorasi Laparotomi et Causa Perforasi Duodenum
Murbawani, Etisa
Latar belakang: Pasien dengan fistula gastrokutan memiliki risiko malnutrisi. Kondisi ini disebabkan oleh asupan makan yang rendah, gangguan penyerapan, hiperkatabolisme dan tingginya kebutuhan energi dan zat gizi lainnya. Perawatan yang lama juga menjadi salah satu penyebabnya. Tujuan case report ini adalah untuk menerapkan terapi gizi enteral lebih awal pada pasien postoperasi
RSUP Dr. Kariadi
2014-09-30
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/93
10.36408/mhjcm.v2i1.93
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 2 No 1 (2013): Med Hosp; Nov 2013
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 2 No. 1 (2013): Med Hosp; Nov 2013
2685-7898
2301-4369
eng
ind
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/93/81
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/93/234
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/94
2022-11-17T03:18:22Z
mh:Ori
Seleksi dan Tindakan Medis Istri Sebelum Program Bayi Tabung
Hidayat, Syarief
Bayi tabung merupakan salah satu alternatif untuk pengobatan pasangan tidak subur yang belum berhasil hamil dengan cara alami. WHO memperkirakan 50-80 juta pasangan di dunia mengalami infertlitas, dimana 7-15% nya berada pada usia reproduksi (15-40 tahun). Kejadian terbanyak sebagai penyebab infertilitas adalah wanita yaitu sebesar 40-60%. Kemajuan tehnologi pada dekade ini cukup pesat dengan ditemukannya berbagai cara diagnostik untuk membantu memecahkan masalah gangguan fertilitas. Pilihan cara pengobatan berkaitan dengan kemungkinan mendapatkan kehamilan dengan terapi yang mudah dan murah tetapi dengan keberhasilan kehamilan yang rendah atau dengan pengobatan yang lebih komplek dan mahal.Untuk mempersiapkan pasien yang akan mengikuti program bayi tabung dilakukan beberapa pemeriksaan mengenai usia wanita, lama perkawinan, penyebab gangguan fertilitas, pemeriksaan dan pengobatan yang pernah dilakukan dan yang tak kalah pentingnya memberikan penjelasan yang rinci tentang proses bayi tabung
RSUP Dr. Kariadi
2014-09-30
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/94
10.36408/mhjcm.v2i1.94
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 2 No 1 (2013): Med Hosp; Nov 2013
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 2 No. 1 (2013): Med Hosp; Nov 2013
2685-7898
2301-4369
eng
ind
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/94/82
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/94/235
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/95
2022-11-17T03:18:13Z
mh:Ori
Diphtheria di Jawa Timur
Ismoedijanto, Ismoedijanto
Imunisasi primer bermanfaat untuk membuat bayi kebal terhadap penyakit menular pada masa-masa permulaan kehidupan. Setelah cakupan imunisasi dasar telah mencapai 80%, perlu imunisasi ulangan agar anak tetap terjaga kekebalannnya. Adanya Kejadian Luar Biasa (KLB) diphtheria di NIS (New Independent States, bekas negara bagian Rusia) dan juga di daerah padat pemukiman di Jawa, menunjukkan adanya masalah kekebalan pada anak dan dewasa. Kelompok anak tanpa kekebalan atau dengan kekebalan rendah terdiri dari kelompok yang sejak bayi tidak mendapat imunisasi sama sekali atau tidak lengkap dan kelompok yang kekebalannya menurun setelah beberapa waktu. Dengan cakupan imunisasi yang tinggi, kelompok ini lolos menjadi kelompok usia tua tanpa terpapar dengan kuman, tidak menderita penyakit diphtheri subklinis tetapi tetap rentan terhadapdiphtheria. Kasus di Jawa Timur mulai muncul pada tahun 2005, dengan adanya KLB di Bangkalan. Dengan surveilans yang aktif intensif didapatkan adanya kenaikan jumlah kasus per tahun yang makin meningkat cepat dan pada tahun 2012 telah mencapai 956 kasus. Kenaikan kasus menunjukkan adanya sesuatu pada pelayanan kesehatan terutama program imunisasi kita. Selain suntikan primer untuk menimbulkan kelompok serokonversi, toksoid difteri dan tetanus perlu diulangi beberapa kali agar anak tetap kebal. Booster ini juga diharapkan akan menutup kekebalan kelompok anak yang tidak kebal akibat tertinggal pada putaran imunisasi primer. Sangat penting menjaga agar cakupan DTP tinggi dan merata, tanpa adanya kantong non kebal di setiap kabupaten
RSUP Dr. Kariadi
2014-10-02
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/95
10.36408/mhjcm.v2i2.95
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 2 No 2 (2014): Med Hosp; Mei 2014
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 2 No. 2 (2014): Med Hosp; Mei 2014
2685-7898
2301-4369
eng
ind
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/95/83
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/95/236
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/96
2022-11-17T03:18:13Z
mh:Ori
Pengaruh Pemberian NAcetylcysteine terhadap Kadar SGOT dan SGPT pada Tikus Wistar yang Diberi Parasetamol
Rusmaladewi, Aprillina
Istanto, Widya
Latar belakang : Parasetamol merupakan obat analgesik yang efektif digunakan sebagai pengobatan mandiri untuk meredakan demam, sakit kepala dan nyeri ringan sampai sedang. Pada dosis yang besar lebih dari 2000 mg per hari dapat mengakibatkan gangguan fungsi hepar karena pembentukan NAPQI yang merupakan metabolit aktif yang berbahaya dimana parameter kerusakan sel hepar yang dapat diukur adalah kadar SGPT dan SGOT. NAC merupakan suatu asam amino sistein yang berpotensi memberikan perlindungan bagi hepar yang terpapar stress oksidatif karena kemampuannya membentuk glutathion hepar yang berfungsi sebagai antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian NAC terhadap kadar SGOT dan SGPT pada tikus wistar jantan yang diberi Parasetamol
RSUP Dr. Kariadi
2014-10-02
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/96
10.36408/mhjcm.v2i2.96
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 2 No 2 (2014): Med Hosp; Mei 2014
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 2 No. 2 (2014): Med Hosp; Mei 2014
2685-7898
2301-4369
eng
ind
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/96/84
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/96/237
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/97
2022-11-17T03:18:13Z
mh:Ori
Pengaruh Merokok terhadap Frekuensi Pembentukan Mikronukleus pada Mukosa Mulut
Husein, Ahmad
Latar belakang : Merokok dapat menyebabkan kerusakan genetik pada mukosa rongga mulut dan meningkatkan resiko kanker mulut. Mikronukleus merupakan salah satu penanda kerusakan genetik, pengukuran frekuensi mikronukleus pada mukosa mulut dapat menjadi salah satu usaha untuk mendeteksi sejauh mana efek genotoksik merokok. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui pengaruh merokok terhadap frekuensi pembentukan mikronukleus pada mukosa mulut penggunanya
RSUP Dr. Kariadi
2014-10-02
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
application/pdf
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/97
10.36408/mhjcm.v2i2.97
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 2 No 2 (2014): Med Hosp; Mei 2014
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 2 No. 2 (2014): Med Hosp; Mei 2014
2685-7898
2301-4369
eng
ind
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/97/85
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/97/238
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/97/239
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/98
2022-11-17T03:18:13Z
mh:Ori
Insidensi Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah (IMLTD) di Unit Donor Darah PMI Kota Semarang
Achsan, Muchlis
Latar belakang : UDD (Unit Donor Darah) PMI kota Semarang berperan melakukan kegiatan surveilans terhadap deteksi antigen infeksi yang penularannya melalui transfusi darah, dengan skrining darah donor. Tujuan skrining untuk mengamankan darah donor bebas dari antigen IMLTD (Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah).Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui insidensi agen infeksi yang menularkan IMLTD pada darah donor di UDD PMI kota Semarang
RSUP Dr. Kariadi
2014-10-02
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
application/pdf
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/98
10.36408/mhjcm.v2i2.98
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 2 No 2 (2014): Med Hosp; Mei 2014
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 2 No. 2 (2014): Med Hosp; Mei 2014
2685-7898
2301-4369
eng
ind
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/98/86
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/98/240
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/98/241
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/99
2022-11-17T03:18:13Z
mh:Ori
Hubungan Kadar Hormon Tiroid dan Skor Pediatrik Index of Mortality dengan Luaran Sepsis pada Anak
Purwanti, Asri
Latar belakang : Hormon tiroid mempunyai peranan penting dalam penyesuaian fungsi metabolik. Selama sepsis terjadi eutyroid sick syndrome melalui mekanisme disfungsineuroendokrin pada aksis hypothalamus-pituitary-thyroid yang ditandai dengan kadar T3 rendah. Penilaian derajat berat sakit berdasarkan variabel fisiologis saat terjadi perubahan hemotasis yang dapat menggambarkan luaran sepsis pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kadar hormon tiroid dan skor PIM pada kondisi anak sepsis
RSUP Dr. Kariadi
2014-10-02
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/99
10.36408/mhjcm.v2i2.99
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 2 No 2 (2014): Med Hosp; Mei 2014
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 2 No. 2 (2014): Med Hosp; Mei 2014
2685-7898
2301-4369
eng
ind
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/99/87
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/99/242
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/100
2022-11-17T03:18:13Z
mh:Ori
Pemberian Vitamin C sebagai Antioksidan terhadap Fragilitas Osmotik Eritrosit pada Thalassemia Mayor
Rajagukguk, Ricki
Kosim, Sholeh
Tamam, Moedrik
Latar belakang : Vitamin C berperan sebagai antioksidan untuk melawan peroksidasi membran fosfolipid yang disebabkan oleh stres oksidatif sehingga diharapkan dapat memperbaiki fragilitas osmotic mendekati rentang normal. Pemeriksaan fragilitas osmotik eritrosit dulu sejarahnya dilakukan untuk uji tapis beta thalassemia mayor. Tranfusi darah masih merupakan pengobatan utama untuk menanggulangi anemia pada thalassemia pada saat ini. Pemberian tranfusi berulang menyebabkan penimbunan besi yang berlebihan yang selanjutnya mengakibatkan kerusakan oksidatif. Tujuan penelitian ini untuk membuktikan apakah pemberian vitamin C dapat memperbaiki fragilitas osmotik eritrosit pada pasien β thalassemia
RSUP Dr. Kariadi
2014-10-02
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/100
10.36408/mhjcm.v2i2.100
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 2 No 2 (2014): Med Hosp; Mei 2014
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 2 No. 2 (2014): Med Hosp; Mei 2014
2685-7898
2301-4369
eng
ind
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/100/88
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/100/243
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/101
2022-11-17T03:18:13Z
mh:Ori
Faktor Risiko Hiperbilirubinemia pada Neonatus
Putri, Rizky
Mexitalia, Maria
Rini, Arsita
Sulistyowati, Endang
Latar belakang : Hiperbilirubinemia merupakan salah satu fenomena klinis yang paling sering ditemukan pada bayi baru lahir yang dapat terjadi secara fisiologis maupun patologis. Penyebab hiperbilirubinemia adalah multifaktorial yaitu faktor ibu, bayi atau lingkungan lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan beberapa faktor seperti pemberian ASI, ketuban pecah dini, infeksi pada ibu dan air ketuban keruh sebagai risiko hiperbilirubinemia pada neonatus aterm yang vigorous(bugar)
RSUP Dr. Kariadi
2014-10-02
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/101
10.36408/mhjcm.v2i2.101
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 2 No 2 (2014): Med Hosp; Mei 2014
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 2 No. 2 (2014): Med Hosp; Mei 2014
2685-7898
2301-4369
eng
ind
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/101/89
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/101/244
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/102
2022-11-17T03:18:13Z
mh:Ori
Gambaran Waktu Tunggu, Suhu, dan Total Bakteri Makanan Cair di RSUP Dr. Kariadi Semarang
Yunita, Atiq
Wulandari, Indah
Fridintya, Aranta
Latar belakang : Penyelenggaraan makanan di rumah sakit wajib melakukan pengendalian mutu salah satunya dengan dengan menerapkan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP). HACCP dilakukan dengan pendekatan pencegahan bahaya, salah s a tu n ya m e n ge n d a l i ka n b a h a ya b i o l o gi s s e p e rtiperkembangbiakan bakteri dalam makanan. Waktu tunggu dan suhu merupakan parameter kritis dalam menilai lajupertumbuhan bakteri. Penelitian ini bertujuan untukmendiskripsikan waktu tunggu, suhu, dan total bakteri pada makanan cair di Unit Pembuluh Darah Jantung dan Stroke di RSUP Dr. Kariadi Semarang
RSUP Dr. Kariadi
2014-10-02
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/102
10.36408/mhjcm.v2i2.102
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 2 No 2 (2014): Med Hosp; Mei 2014
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 2 No. 2 (2014): Med Hosp; Mei 2014
2685-7898
2301-4369
eng
ind
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/102/90
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/102/245
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/103
2022-11-17T03:18:13Z
mh:Ori
Pengaruh Penambahan Bubuk MCT (Medium Chain Triglyceride) dalam Makanan Enteral Komersial terhadap PaCO2 dan PaO2 Darah Pasien Kritis di RSUP Dr. Kariadi Semarang
Supriyatin, Dwi
Latar belakang : Prosentase pasien yang meninggal di ruang ICU RSUP Dr. Kariadi dalam 4 bulan 24,23% dari total pasien, dengan proporsi sebesar 8,86% mengalami komplikasi gagal nafas. Kebutuhan metabolik tubuh yang tidak terpenuhi mengakibatkan pulmonary system terganggu yang diperankan oleh eliminasi CO2dan oksigenasi darah. Pemberian total kalori dari karbohidrat merugikan karena menyebabkan peningkatan CO2. Pemberian kalori bentuk lemak memberikan keseimbangan energi dan dapat menurunkan insiden dan beratnya efek samping akibat pemberian glukosa jumlah besar. MCT (medium chain triglyceride)merupakan asam lemak lebih cepat terhidrolisis, lebih lengkap dan lebih cepat terserap. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui pengaruh penambahan bubuk MCT dalam makanan enteral komersial terhadap PaCO2 dan PaO2 darah pada pasien kritis
RSUP Dr. Kariadi
2014-10-02
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/103
10.36408/mhjcm.v2i2.103
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 2 No 2 (2014): Med Hosp; Mei 2014
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 2 No. 2 (2014): Med Hosp; Mei 2014
2685-7898
2301-4369
eng
ind
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/103/91
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/103/246
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/104
2022-11-17T03:18:13Z
mh:Ori
Efek Aromaterapi Lavender Inhalasi terhadap Intensitas Nyeri Pasca Sectio Caesaria
Dwijayanti, Wening
Latar belakang : Seksio caesaria (SC) adalah melahirkan janin melalui insisi abdomen. Tindakan ini akan berdampak pada ibu yaitu nyeri pasca Sectio Caesaria. Bidan memiliki peran yang besar dalam penanggulangan nyeri melalui pendekatan non farmakologi, salah satunya dengan pemberian aromaterapi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan intensitas nyeri pasca Sectio Caesaria. sebelum dan sesudah pemberian aromaterapi lavender secara inhalasi
RSUP Dr. Kariadi
2014-10-02
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/104
10.36408/mhjcm.v2i2.104
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 2 No 2 (2014): Med Hosp; Mei 2014
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 2 No. 2 (2014): Med Hosp; Mei 2014
2685-7898
2301-4369
eng
ind
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/104/92
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/104/247
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/105
2022-11-17T03:18:13Z
mh:Ori
Respon dan Koping Penderita Kanker Payudara Perempuan pada Dewasa Madya di Poliklinik RSUP Dr. Kariadi Semarang
Astuti, Werdi
Latar belakang : Kanker payudara merupakan salah satu penyakit yang paling mengancam kehidupan kaum perempuan. Yang tidak hanya berdampak pada fisik akan tetapi juga psikis, seperti stres. Karena payudara sangat berarti bagi perempuan, yakni sebagai simbol kewanitaanya dan sebagai daya tarik, juga sebagai pemberi ASI. Pada dewasa madya adalah masa transisi meninggalkan ciri-ciri jasmani dan perilaku yang baru pada masa berprestasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran respon dan koping penderita kanker payudara pada dewasa madya
RSUP Dr. Kariadi
2014-10-02
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/105
10.36408/mhjcm.v2i2.105
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 2 No 2 (2014): Med Hosp; Mei 2014
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 2 No. 2 (2014): Med Hosp; Mei 2014
2685-7898
2301-4369
eng
ind
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/105/93
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/105/248
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/106
2022-11-17T03:18:13Z
mh:Ori
Tuli Kongenital Diduga Akibat Infeksi Rubela dan Sitomegalovirus
Nugroho, Dimas
Latar belakang : Tuli kongenital merupakan ketulian yang terjadi pada bayi disebabkan faktor-faktor yang mempengaruhikehamilan maupun saat lahir. Tuli kongenital dapat disebabkan oleh infeksi virus rubela dan/atau sitomegalovirus (CMV). Tujuan case report ini untuk mengetahui patogenesis infeksi rubela dan CMV yang menyebabkan tuli kongenital.
RSUP Dr. Kariadi
2014-10-02
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/106
10.36408/mhjcm.v2i2.106
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 2 No 2 (2014): Med Hosp; Mei 2014
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 2 No. 2 (2014): Med Hosp; Mei 2014
2685-7898
2301-4369
eng
ind
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/106/94
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/106/249
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/107
2022-11-17T03:18:13Z
mh:Ori
Imunisasi pada Keadaan Khusus
Rahmadi, Farid
Imunisasi merupakan upaya pencegahan terhadap penyakit infeksi dan merupakan salah satu program kesehatan nasional yang berhasil menurunkan morbiditas dan mortalitas. Imunisasi pada keadaan khusus yang meliputi imunisasi pada kelompok bayi berisiko dan kelompok bayi dengan ibu berisiko memerlukan pendekatan yang berbeda dari imunisasi reguler. Hal ini penting untuk diketahui oleh petugas kesehatan di lapangan supaya tidak terjadi kekeliruan dalam melaksanakan program imunisasi
RSUP Dr. Kariadi
2014-10-02
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/107
10.36408/mhjcm.v2i2.107
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 2 No 2 (2014): Med Hosp; Mei 2014
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 2 No. 2 (2014): Med Hosp; Mei 2014
2685-7898
2301-4369
eng
ind
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/107/95
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/107/250
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/185
2022-11-17T03:18:03Z
mh:Ori
Terapi Nutrisi pada Pasien ICU
Ibnu, Ibnu
Budipratama, Dhany
Maskoen, Tinni
Malnutrisi sering dikaitkan dengan peningkatan tingkat morbiditas dan mortalitas akibat perburukan sistem kekebalan tubuh, ketergantungan pada ventilator, tingginya angka infeksi, dan lamanya proses kesembuhan, sehingga menyebabkan lama perawatan memanjang dan meningkatkan biaya perawatan pasien. Klinisi harus mengetahui informasi yang benar tentang bagaimana cara mengatur nutrisi pada penderita sakit kritis karena dapat mempengaruhi outcome pasien ICU. Tujuan terapi nutrisi pada penderita sakit kritis adalah untuk menunjang proses metabolisme, bukan untuk memenuhi kebutuhannya saat itu. Karena penderita sakit berat tidak pada kondisi metabolik yang dapat untuk memetabolisme jumlah kalori total untuk memenuhi kebutuhan pengeluaran energi
RSUP Dr. Kariadi
2017-09-16
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/185
10.36408/mhjcm.v2i3.185
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 2 No 3 (2014): Med Hosp; Nov 2014
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 2 No. 3 (2014): Med Hosp; Nov 2014
2685-7898
2301-4369
eng
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/185/96
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/188
2022-11-17T03:18:03Z
mh:Ori
Cost Effectiveness Kemoterapi Kombinasi Neoadjuvant Cisplatin Paclitaxel Dibanding Cisplatin Flourourasil terhadap Respon Klinis pada Karsinoma Nasofaring
Antono, Dwi
Sulaksana, Alfian
Latar belakang : Cisplatin merupakan regimen obat sitostatika pilihan pada karsinoma nasofaring. Kemoterapi kombinasi neoadjuvant menghasilkan angka respon lebih tinggi pada KNF stadium lanjut. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui cost effectiveness kemoterapi kombinasi neoadjuvant cispac dibanding cis5FU terhadap respon klinis pada KNF.
Metode : Penelitian deskriptif analitik rekam medik penderita KNF yang mendapatkan 3 siklus kemoterapi kombinasi neoadjuvant cispac atau cis5 FU di RSUP Dr. Kariadi Semarang periode juni 2010-Juli 2013. Analisis dengan uji Chi Square dan Average Cost Effectiveness Ratio (ACER).
Hasil : Didapatkan 45 sampel, 25 mendapat kemoterapi kombinasi neoadjuvant cis-pac dan 20 mendapatkan kemoterapi kombinasi neoadjuvant cis-5FU. Respon klinis kemoterapi kombinasi neoadjuvant cis-pac respon positif (65,7%) dan respon negatif (20%) lebih baik dibanding kemoterapi kombinasi neoadjuvant cis-5FU respon positif (34,3%) dan respon negatif (80%) (RP 1,533 dan 95% CI 1,053 - 2,233). Biaya kemoterapi kombinasi cis-pac lebih murah (86,7%) dibanding kemoterapi kombinasi cis-5FU (13,3%) (RP 5,200 dan 95% CI 1,324 -20,416). ACER total biaya kemoterapi kombinasi cis–pac lebih cost effective (190.325,6) dibanding kemoterapi kombinasi cis-5FU (290.604,7).
Simpulan : Respon klinis kemoterapi kombinasi neoadjuvant cis-pac lebih baik dibanding kemoterapi kombinasi neoadjuvant cis-5FU. Pemberian kemoterapi kombinasi neoadjuvant cis-pac lebih cost effective dibanding kemoterapi kombinasi neoadjuvant cis-5FU.
RSUP Dr. Kariadi
2017-09-16
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/188
10.36408/mhjcm.v2i3.188
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 2 No 3 (2014): Med Hosp; Nov 2014
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 2 No. 3 (2014): Med Hosp; Nov 2014
2685-7898
2301-4369
eng
ind
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/188/97
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/188/251
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/189
2022-11-17T03:18:03Z
mh:Ori
Efektivitas Fruit Frozen terhadap Keluhan Haus dan Mulut Kering pada Pasien CHF yang Menjalani Program Restriksi Cairan di Ruang UPJ RSUP Dr. Kariadi Semarang
Sujudi, Mukhlis
Zuhri, Amin
Kusumantoro, Ari
Latar belakang : Keadaaan hipervolemia pada pasien CHF akan meningkatkan kerja jantung dan meningkatkan tekanan hidrostatik yang pada akhirnya akan terjadi edema baik anasarka maupun edema paru. Penatalaksanaan pemberian kombinasi diuretik, ACE inhibitor dan beta-blocker akan meningkatkan rasa haus dan kekeringan pada mulut. Untuk mengatasi keluhan tersebut maka intervensi pemberian fruit frozen dipilih berdasarkan rekomendasi bahwa pasien dengan CHF dapat mengkonsumsi semua buah buahan dan sayuran segar. Tujuan penelitian ini mengetahui efektivitas pemberian fruit frozen terhadap keluhan haus dan mulut kering pada pasien CHF yang menjalani program restriksi cairan.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain eksperimen semu (quasi experiment) dengan rancangan penelitian ini ialah one group pretest posttest. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien dengan diagnosa medis CHF NYHA II-IV di ruang ruang UPJ RSUP Dr. Kariadi Semarang dan pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling yaitu berjumlah 30 orang. Variabel yang dikaji dalam penelitian ini adalah rasa haus dan mulut kering pasien sebelum dan setelah diberikan fruit frozen. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis statistik Wilcoxon dan T dependent/Paired T-test.
Hasil : Berdasarkan hasil analisis statistik didapatkan bahwa ada efektivitas yang signifikan antara tingkat rasa haus dan mulut kering sebelum dan sesudah diberikan fruit frozen pada pasien CHF yang menjalani restriksi cairan dengan p=0,000 <± (0,05).
Simpulan : Berdasarkan hasil analisis statistik tersebut maka diharapkan perawat dapat melaksanakan dan meningkatkan kinerja dalam melakukan monitoring dan evaluasi program restriksi cairan dengan pemberian supporting therapy melalui pemberian fruit frozen secara berkelanjutan pada setiap pasien CHF yang menjalani program restriksi cairan.
RSUP Dr. Kariadi
2017-09-16
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/189
10.36408/mhjcm.v2i3.189
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 2 No 3 (2014): Med Hosp; Nov 2014
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 2 No. 3 (2014): Med Hosp; Nov 2014
2685-7898
2301-4369
eng
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/189/98
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/190
2022-11-17T03:18:03Z
mh:Ori
Hubungan Kadar Lipid Darah dan hsCRP pada Anak Obesita
Soetadji, Anindita
Utari, Agustini
Pratiwi, Rina
Mexitalia, Maria
Subagjo, Hertanto W
Latar belakang : Obesitas telah menjadi epidemi global karena prevalensi dan komplikasinya baik pada anak maupun dewasa. Meskipun aterosklerosis telah diketahui dimulai pada masa anak, tetapi sampai sekarang belum ada penanda aterosklerosis dini khususnya pada anak. Tujuan penelitian ini adalah mencari hubungan antara kadar lipid darah dengan hsCRP sebagai penanda dini aterosklerosis pada anak.
Metode : Desain penelitian adalah belah lintang. Tempat penelitan di SMP Domenico Savio, salah satu SMP di Semarang, yang telah diketahui tinggi angka obesitasnya. Dinilai indeks massa tubuh (IMT) dan persentase lemak tubuh pada murid usia 12-14 tahun, serta kadar lipid darah (kolesterol total, LDL, HDL serta trigliserida) dari darah puasa. Sampel dipilih secara acak, dihitung dengan rumus untuk uji korelasi, dibutuhkan sampel 35 anak obesitas, dan diambil 35 anak normal sebagai pembanding, maka total subyek penelitian minimal adalah 70 orang.
Hasil : Terdapat perbedaan kadar trigliserid (95%CI;0,13-0,26) dan hsCRP (95%CI;0,37-0,87) pada kelompok obesitas dan kontrol. Pada seluruh subyek, hsCRP berhubungan sedang dengan IMT (r=0,445;p< 0,05) dan persen lemak tubuh (r=0,44;p<0,05) serta hubungan lemah antara kadar HDL dan hsCRP (r=-0,227; p<0,05).
Simpulan : Kadar hsCRP akan meningkat bila terjadi peningkatan IMT dan persentase lemak tubuh, sedangkan kadar HDL kolesterol bersifat protektif terhadap peningkatan hsCRP
RSUP Dr. Kariadi
2017-09-16
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/190
10.36408/mhjcm.v2i3.190
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 2 No 3 (2014): Med Hosp; Nov 2014
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 2 No. 3 (2014): Med Hosp; Nov 2014
2685-7898
2301-4369
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/191
2022-11-17T03:18:03Z
mh:Ori
Faktor Risiko yang Mempengaruhi Hasil Emisi Otoacustic Refer atau Gagal pada Neonatus
Irawan, Gatot
Muyassaroh, Muyassaroh
Nidiawati, Tety
Latar Belakang : Skrining pendengaran neonatal sangat penting. Bayi lahir risiko tinggi lebih sering mengalami refer atau gagal pada pemeriksaaan skrining pendengaran dibanding bayi lahir tanpa risiko. Banyak faktor risiko yang mempengaruhi hasil skrining pendengaran ini terutama pada bayi yang lahir risiko tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor risiko yang mempengaruhi hasil Emisi Otoakustik (EOA) gagal atau refer bila emisi atau respon terhadap stimulasi akustik tidak ada/berkurang pada naonatus.Metode : Dilakukan penelitian retrospektif menggunakan data rekam medik neonatus yang dirawat ruang Perawatan Bayi Risiko Tinggi (PBRT) RSUP Dr. Kariadi Semarang selama periode 1 Januari – 31 Desember 2013. EOA dilakukan satu hari sebelum neonatus pulang dari Rumah Sakit. Faktor risiko yang dianalisis antara lain jenis kelamin, prematuritas (usia kehamilan <37 minggu), bayi berat lahir rendah (<2500 gram), asfiksia, bayi baru lahir secara bedah sesar, hiperbilirubinemia. Analisis dengan uji regresi multivariat.Hasil : Didapatkan 857 sampel. Hasil yang menyatakan refer pada pemeriksaan EOA 249 (29%), pass 608 (71%). Neonatus laki-laki secara signifikan merupakan faktor risiko mengalami refer (OR 1,49; 95% CI 1,11-2,02, p=0,008), usia kehamilan <37 minggu (OR 4,72; 95% CI 2,75-8,09, p=0,000), berat lahir < 2500 gram (OR 5,88; 95% CI 3,98-8,69, p=0,000). Sedangkan neonatal asfiksia (OR 1,57; 95% CI 0,93-2,70, p=0,10), neonatal yang lahir secara bedah sesar (OR 1,45; 95% CI 0,65-3,22, p=0,35), neonatal hiperbilirubinemia (OR 0,95; 95% CI 0,54-1,68, p=0,86), neonatal sepsis (OR 4,91; 95% CI 0,44-54,45, p=0,20) tidak merupakan faktor risiko mengalami refer pada pemeriksaan EOA.Simpulan : Jenis kelamin laki-laki, berat lahir rendah dan prematuritas merupakan faktor risiko terhadap terjadinya refer pada Skrining EOA
RSUP Dr. Kariadi
2017-09-16
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/191
10.36408/mhjcm.v2i3.191
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 2 No 3 (2014): Med Hosp; Nov 2014
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 2 No. 3 (2014): Med Hosp; Nov 2014
2685-7898
2301-4369
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/192
2022-11-17T03:18:03Z
mh:Ori
Pengaruh Suplementasi Kapsul Ekstrak Ikan Gabus terhadap Kadar Kolesterol dan Berat Badan pada Anak dengan Sindrom Nefrotik
Putri, Nadira
Muryawan, Heru
Latar belakang : Sindrom Nefrotik masih merupakan masalah utama di bagian nefrologi anak. Hipoalbuminemia pada Sindrom Nefrotik dapat disertai dengan hiperkolesterolemia dan edema. Pemberian suplementasi kapsul ekstrak ikan gabus diharapkan dapat mengoreksi albumin yang rendah sehingga terjadi penurunan pada kadar kolesterol dan berat badan anak dengan Sindrom Nefrotik. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh pemberian suplementasi kapsul ekstrak ikan gabus 2x150 mg selama 14 hari terhadap penurunan kadar kolesterol total dan berat badan pada anak dengan Sindrom Nefrotik usia 2-14 tahun.
Metode : Penelitian ini menggunakan desain uji klinis dengan historical control. Kelompok perlakuan adalah anak Sindrom Nefrotik yang mendapat suplementasi kapsul ekstrak ikan gabus dosis 2x150 mg. Kelompok kontrol diperoleh dari catatan medik (historical control) yaitu anak dengan Sindrom Nefrotik yang mendapat diet protein seimbang berupa diet standart RSUP Dr. Kariadi Semarang. Penelitian dilakukan setiap hari selama 14 hari. Kadar kolesterol total dan berat badan diukur sebelum dan setelah suplementasi. Analisis statistik menggunakan uji tindependent dan uji Mann Whitney.
Hasil : Rerata perubahan kolesterol total pada kelompok perlakuan sebesar -87,1 ± 118,82 mg/dL dan kelompok kontrol sebesar -44 ± 129,96 mg/dL. Rerata perubahan berat badan pada kelompok perlakuan sebesar -0,9 ± 1,57 kg dan pada kelompok kontrol sebesar 0,05 ± 1,82 kg. Tidak terdapat perbedaan perubahan kolesterol total yang bermakna (p=0,613) dan perubahan berat badan yang bermakna (p= 0,165) pada kelompok perlakuan dan kontrol dengan menggunakan uji Mann Whitney.
Simpulan : Suplementasi kapsul ekstrak ikan gabus tidak dapat menurunkan kadar kolesetrol total dan berat badan pada anak dengan Sindrom Nefrotik
RSUP Dr. Kariadi
2017-09-16
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/192
10.36408/mhjcm.v2i3.192
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 2 No 3 (2014): Med Hosp; Nov 2014
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 2 No. 3 (2014): Med Hosp; Nov 2014
2685-7898
2301-4369
eng
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/192/99
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/193
2022-11-17T03:18:03Z
mh:Ori
Studi Fenomenologi Pengalaman Keluarga dalam Merawat Pasien Paska Pasung
Reknoningsih, Wahyu
Daulima, Novy
Putri, Yossie
Latar belakang : Pasien pasung yang dirawat di RSJ dan dikembalikan kepada keluarga masih mengalami pemasungan ulang. Tujuan penelitian ini adalah menguraikan pengalaman keluarga dalam merawat pasien paska pasung, menggunakan desain penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi.
Metode : Teknik pengambilan partisipan menggunakan purposive sampling dengan kriteria inklusi caregiver yang mempunyai anggota keluarga pernah dipasung sebelum dirawat di RSJ dan pernah atau sedang mengalami pemasungan ulang, mampu berkomunikasi dengan baik dan bersedia menjadi partisipan. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara mendalam dan menggunakan catatan lapangan terhadap tujuh partisipan.
Hasil : Hasil wawancara dianalisa dengan menggunakan langkah analisa Creswell dan ditemukan 5 tema sebagai hasil penelitian. Tema-tema yang dihasilkan adalah kelelahan fisik dan pergolakan emosi keluarga sebagai dampak merawat, kesulitan keluarga dalam manajemen beban, perilaku agresif sebagai alasan pemasungan ulang, bentuk dukungan internal dan eksternal pada keluarga dalam merawat dan peningkatan pemahaman spiritualitas keluarga sebagai hikmah merawat.
Simpulan : Hasil penelitian ini menemukan bahwa keluarga pasien paska pasung mengalami beban emosional dan kelelahan fisik yang menjadi alasan terjadinya pemasungan ulang. Rekomendasi dari penelitian ini diharapkan perawat jiwa mengembangkan pelayanan keperawatan jiwa di masyarakat dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang cara menangani pasien gangguan jiwa dengan perilaku agresif sehingga mencegah terjadinya perilaku pemasungan oleh keluarga.
RSUP Dr. Kariadi
2017-09-16
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/193
10.36408/mhjcm.v2i3.193
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 2 No 3 (2014): Med Hosp; Nov 2014
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 2 No. 3 (2014): Med Hosp; Nov 2014
2685-7898
2301-4369
eng
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/193/100
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/194
2022-11-17T03:18:03Z
mh:Ori
Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Kegagalan Inisiasi Menyusu Dini (Studi Kasus di RSUD Kardinah Tegal)
Lestari, Putri
Latar Belakang : Cakupan ASI Eksklusif di Kota Tegal tahun 2012 cukup rendah, yaitu 38,9%. Hal ini salah satunya dapat disebabkan karena kegagalan IMD. Meskipun presentase IMD di RSUD Kardinah tahun 2013 sebesar 61,3%, namun hanya sebagian kecil bayi berhasil menyusu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kegagalan inisiasi menyusu dini.Metode : Jenis penelitian observasional dengan desain kasus kontrol dan mixed method. Kelompok kasus adalah 40 ibu yang gagal melakukan IMD sedangkan kontrol adalah 40 ibu yang berhasil melakukan IMD. Pengambilan sampel dengan purposive sampling. Pengumpulan data kuantitatif dengan observasi dan wawancara terstruktur, data kualitatif dengan indepth interview. Data kuantitatif dianalisis bivariat dengan chi square dan multivariat dengan regresi logistik berganda serta analisis kualitatif dengan content analysis. Hasil : Berdasarkan analisis bivariat, faktor risiko kegagalan IMD adalah usia ibu <20 atau >35 tahun (p=0,001), rendahnya pendidikan ibu (p= <0,0001), kurangnya penghasilan keluarga (p=0,030), tidak ada keluarga sebagai pendamping persalinan (p=0,007), kurangnya peran tenaga kesehatan (p=<0,0001), ketidakikutsertaan prenatal class (p=0,017), tidak mendapat informasi IMD (p=0,001), kurangnya pemahaman ibu tentang IMD (p=0,002). Berdasarkan analisis multivariat, faktor yang bersamasama mempengaruhi kegagalan IMD adalah kurangnya peran tenaga kesehatan (OR=6,1), kurangnya pemahaman ibu tentang IMD (OR=5,9) dan rendahnya pendidikan ibu (OR=3,9).Hasil kualitatif menunjukan bahwa motivasi tenaga kesehatan meningkatkan kenyamanan dan keberhasilan IMD, pemahaman ibu dan keaktifan mencari informasi IMD membantu keberhasilan IMD.Simpulan : Faktor risiko utama yang mempengaruhi kegagalan IMD adalah kurangnya peran tenaga kesehatan, kurangnya pemahaman ibu tentang IMD dan rendahnya pendidikan ibu.
RSUP Dr. Kariadi
2017-09-16
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/194
10.36408/mhjcm.v2i3.194
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 2 No 3 (2014): Med Hosp; Nov 2014
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 2 No. 3 (2014): Med Hosp; Nov 2014
2685-7898
2301-4369
eng
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/194/101
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/195
2022-11-17T03:18:03Z
mh:Ori
Konsumsi Asam Lemak Omega 3 Menurunkan Postpartum Blues di RS Aisyiyah Muntilan
Saputri, Rika
Latar belakang : Postpartum blues merupakan keadaan depresi ringan dan sepintas yang umumnya terjadi dalam minggu pertama atau lebih sesudah melahirkan. Di Indonesia angka kejadian postpartum blues cukup tinggi yakni 50-70%. Asam lemak omega 3 termasuk asam lemak esensial, karena tidak dapat diproduksi oleh tubuh. Asam lemak omega 3 meliputi asam lemak tidak jenuh ganda yang dapat membantu mengurangi postpartum blues. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan konsumsi asam lemak omega 3 dengan postpartum blues. Metode : Metode yang digunakan adalah case control dengan sampel 54 responden yaitu ibu postpartum di Rumah Sakit Aisyiyah Muntilan. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner EPDS dan SQ FFQ. Hasil : Berdasarkan analisis data yang dilakukan dengan menggunakan uji chi square didapatkan hasil yaitu (p<0,05) sehingga didapatkan hasil Ho ditolak dan Ha diterima. Simpulan : Menunjukkan bahwa ada hubungan antara konsumsi asam lemak omega 3 dengan postpartum blues. Disarankan untuk menggunakan metodologi kohort prospektif untuk menghindari bias recall dalam mengingat konsumsi asam lemak omega 3 selama sebulan terakhir sebelum melahirkan.
RSUP Dr. Kariadi
2017-09-16
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/195
10.36408/mhjcm.v2i3.195
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 2 No 3 (2014): Med Hosp; Nov 2014
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 2 No. 3 (2014): Med Hosp; Nov 2014
2685-7898
2301-4369
eng
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/195/102
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/196
2022-11-17T03:18:03Z
mh:Ori
Pengaruh Pemberian Diet Modifikasi terhadap Status Gizi Pasien Kanker dengan Kemoradiasi
Purwaningsih, Sri
S, Darmono S
Judiono, Judiono
Latar belakang : Pasien kanker stadium lanjut pada umumnya mengalami kurang gizi, karena terjadinya hipermetabolisme dan pengaruh terapi kemoradiasi. Diet modifikasi dengan porsi kecil dan mengandung sumber peptida, BCAA, omega3 dan MCT diharapkan bisa mencegah penurunan berat badan, mengurangi anoreksia dan inflamasi. Tujuan penelitian menganalisis pengaruh pemberian diet modifikasi terhadap kenaikan status gizi pasien kanker. Metode : Rancangan penelitian adalah Randomised Control Trial dengan pre post-test control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien rawat inap kanker dengan kemoradiasi di RSUP Dr. Kariadi bulan Juni–September 2013. Subjek sebanyak 66 orang dipilih secara consecutive sampling, dibagi 2 kelompok secara random. Kelompok perlakuan diberi diet modifikasi, kelompok kontrol diberi diet standar rumah sakit. Sebelum dan setelah intervensi 21 hari diukur data antropometri (berat badan, indeks massa tubuh, lingkar lengan atas dan triceps skinfold) dan biokimia (kadar albumin, hemoglobin, jumlah lekosit dan total lymphocite count) serta asupan makanan. Analisis statistik dengan Paired Samples T Test, Mann Whitney Test, Independent Samples T Test dan Wilcoxon Rank Test. Analisis multivariat dilakukan dengan ancova pada tingkat kemaknaan p<0,05. Hasil : Diet modifikasi meningkatkan berat badan (p=0,001), indeks massa tubuh (p=0,001), kadar albumin (p=0,001), kadar hemoglobin (p=0,007), jumlah lekosit (p=0,042) dan total lymphocite count (p=0,001) pada kelompok perlakuan. Pada kelompok kontrol terjadi penurunan berat badan (p=0,002), indeks massa Tubuh (p=0,002), kadar albumin (p=0,001), kadar hemoglobin (p=0,001), jumlah lekosit (p=0,001) dan total lymphocyte count (p=0,001) setelah intervensi. Diet modifikasi meningkatkan berat badan (p=0,024), indeks massa tubuh (p=0,028), kadar albumin (p=0,007), kadar hemoglobin (p=0,002) dan total lymphocyte count (p=0,001) setelah dikontrol dengan asupan protein. Simpulan : Pemberian diet modifikasi selama 21 hari meningkatkan berat badan, indeks massa tubuh, kadar albumin, kadar hemoglobin dan total lymphocyte count pada pasien rawat inap kanker dengan kemoradiasi
RSUP Dr. Kariadi
2017-09-16
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/196
10.36408/mhjcm.v2i3.196
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 2 No 3 (2014): Med Hosp; Nov 2014
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 2 No. 3 (2014): Med Hosp; Nov 2014
2685-7898
2301-4369
eng
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/196/103
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/197
2022-11-17T03:18:03Z
mh:Ori
Toxic shock syndrome (TSS)
Arifin, Johan
Toxic shock syndrome (TSS) adalah penyakit akut yang mengancam jiwa yang dimediasi oleh racun, biasanya dipicu oleh infeksi Staphylococcus aureus atau grup A Streptococcus (GAS), yang juga disebut Streptococcus pyogenes. Hal ini ditandai dengan demam tinggi, ruam, hipotensi, kegagalan multiorgan (melibatkan setidaknya 3 atau lebih sistem organ), dan deskuamasi, biasanya dari telapak tangan dan telapak kaki, 1-2 minggu setelah onset penyakit akut. Sindrom klinis juga dapat mencakup mialgia berat, muntah, diare, sakit kepala, dan kelainan neurologis nonfocal
RSUP Dr. Kariadi
2017-09-16
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/197
10.36408/mhjcm.v2i3.197
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 2 No 3 (2014): Med Hosp; Nov 2014
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 2 No. 3 (2014): Med Hosp; Nov 2014
2685-7898
2301-4369
eng
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/197/104
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/198
2022-11-17T03:18:03Z
mh:Ori
Persalinan Sungsang di RSUP Dr. Kariadi Semarang
Intan, Yulice
Pramono, Besari
Tujuan : Mendapatkan gambaran luaran persalinan sungsang di RSUP Dr. Kariadi Semarang tahun 2013.
Metode : Penelitian deskriptif retrospektif dan analytical work, pada 283 kehamilan dengan letak sungsang yang melahirkan di RSUP Dr. Kariadi Semarang di tahun 2013, dibagi menjadi persalinan pervaginam 129 subyek dan bedah sesar 154 subyek. Data diambil dari rekam medik pasien yang meliputi usia, pendidikan, pekerjaan, pembiayaan, usia kehamilan, paritas, hemoglobin (Hb), riwayat ANC, status dan asal rujukan, jenis persalinan, penolong persalinan, tempat persalinan, ketuban pecah dini, mortalitas neonatus, mortalitas dan morbiditas maternal.
Hasil : Persalinan sungsang pervaginam memiliki risiko 5,16 kali lebih besar terjadi perdarahan post partum dan 5,32 kali lebih besar skor apgar menit ke 5 kurang dari tujuh dibanding persalinan sungsang bedah sesar. Persalinan sungsang pervaginam memiliki risiko kematian neonatus dini 3,85 kali lebih besar ketimbang persalinan sungsang bedah sesar (p=0,015; OR=3,85; IK 95% 1,21-12,23). Nulipara memiliki resiko 8,15 kali lebih besar terjadi kematian neonatal dini dibanding multipara.
Simpulan : Persalinan sungsang pervaginam memiliki risiko lebih besar dibandingkan bedah sesar. Bedah sesar menawarkan hasil luaran yang lebih baik dibanding pervaginam dalam hal perdarahan post partum sementara kejadian asfiksia dan kematian neonatus dini tidak dipengaruhi oleh jenis persalinan
RSUP Dr. Kariadi
2017-09-16
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/198
10.36408/mhjcm.v2i3.198
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 2 No 3 (2014): Med Hosp; Nov 2014
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 2 No. 3 (2014): Med Hosp; Nov 2014
2685-7898
2301-4369
eng
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/198/105
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/199
2022-11-17T03:18:03Z
mh:Ori
Penanganan Kesehatan pada Tanggap Darurat Bencana Erupsi Gunung Merapi
Martono, Setyo
Ratnawati, Retty
Setyoadi, Setyoadi
Latar belakang : Bencana erupsi Gunung Merapi tahun 2010 di wilayah Jawa Tengah mengakibatkan jatuhnya banyak korban bencana yang mengalami dampak fisik dan dampak psikologis. Perawat tim kesehatan bencana melakukan tindakan awal pada upaya triage dan evakuasi korban bencana. Upaya triage dan evakuasi bertujuan untuk menyelamatkan korban bencana sebanyak-banyaknya, mencegah kematian dan kecacatan. Perawat tim kesehatan bencana melakukan proses triage dengan metote berbeda dari proses triage yang dilakukan di rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman perawat dalam penanganan korban bencana pada tanggap darurat erupsi Gunung Merapi di Jawa Tengah.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain fenomenologi interpretatif. Partisipan dalam penelitian ini sebanyak enam orang perawat yang bertugas di RSUP Dr. Kariadi dan RS Roemani Semarang. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara semi terstruktur. Data ditranskrip dan dianalisis menggunakan langkah-langkah dari Colaizzi.
Hasil : Penelitian ini menghasilkan enam tema yaitu senang menolong orang lain, kesiapan perawat dalam menghadapi bencana, komunikasi perawat dalam bencana, prioritas penanganan korban bencana, upaya perawatan korban bencana, dan bersyukur pada Alloh SWT.
Simpulan : Perawat kesehatan bencana melakukan tindakan awal penanganan korban pada upaya triage dan evakuasi dengan cara yang berbeda dibandingkan cara yang dilakukan di rumah sakit. Perawat melakukan upaya triage dan evakuasi secara simultan dengan memprioritaskan penanganan pada kelompok rentan. Kelompok rentan harus di prioritaskan karena mereka rentan terhadap kematian, penyakit, dan mempunyai ketergantungan yang tinggi pada bantuan orang lain serta pemenuhan kebutuhan korban sendiri. Penanganan awal perawat pada upaya triage dan evakuasi pada kelompok rentan akan dapat menyelamatkan korban bencana yang banyak.
RSUP Dr. Kariadi
2017-09-16
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/199
10.36408/mhjcm.v2i3.199
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 2 No 3 (2014): Med Hosp; Nov 2014
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 2 No. 3 (2014): Med Hosp; Nov 2014
2685-7898
2301-4369
eng
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/199/106
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/200
2022-11-17T03:17:53Z
mh:Ori
Pemberian Antibiotika Rasional pada Infeksi Mata
Winarto, Winarto
Eye and adnexal infection has clinical range from mild infection without visual acuity disturbances up to severe infection in which an emergency cases could end with blindness. Antibiotics has a central role in treatment of eye infections, therefore should be given rationally. Rational of basic principles of infection management consist of identification of causing microbes, sensitivity test to antibiotics and choosing a prompt antibiotics based on pharmacokinetics and pharmacodynamics given to the patient at the right dose, right route, appropiate time and affordable by the patients. Previous data concerning etiologic agent and pattern of sensitivity to antibiotics were considered when give an empiric treatment, therefore theese data should be published to clinicians regularly. The part of the eye which diffcult to be reached by immune system, it is advisable to choose a bactericidal antibiotics rather than bacteriostatic, e.g. keratitis, corneal ulcer and endophthalmitis. Toxic effects to the corneal epithelium and retinal cell should be bear in mind in order to treat eye infections to obtain best results.
RSUP Dr. Kariadi
2017-09-16
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/200
10.36408/mhjcm.v3i1.200
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 3 No 1 (2015): Med Hosp; Mei 2015
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 3 No. 1 (2015): Med Hosp; Mei 2015
2685-7898
2301-4369
eng
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/200/107
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/201
2022-11-17T03:17:53Z
mh:Ori
Korelasi Antara Derajat Keparahan Psoriasis Vulgaris dengan Kadar Homosistein Serum
Endrati, Rasmilia
Soejoto, Soejoto
Malik, Diah
Latar belakang : Psoriasis adalah penyakit inflamasi kronik multisistem, ditandai dengan hiperproliferasi keratinosit. Pada psoriasis, terdapat prevalensi faktor risiko kardiovaskuler yang lebih tinggi, yang diduga salah satu penyebabnya adalah hiperhomosisteinemia karena rendahnya kadar asam folat akibat penggunaan yang berlebihan untuk proliferasi sel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi skor PASI dengan kadar homosistein serum Metode : Penelitian analitik observasional dengan rancangan belah-lintang pada 30 subyek penelitian penderita psoriasis vulgaris. Kadar homosistein serum diukur dengan menggunakan metode ELISA. Hasil : Terdapat korelasi ringan antara skor PASI dengan kadar homosistein serum ( r=0,388; p=0,034) Simpulan : Semakin tinggi derajat keparahan psoriasis, kadar homosistein semakin meningkat.
RSUP Dr. Kariadi
2017-09-16
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/201
10.36408/mhjcm.v3i1.201
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 3 No 1 (2015): Med Hosp; Mei 2015
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 3 No. 1 (2015): Med Hosp; Mei 2015
2685-7898
2301-4369
eng
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/201/108
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/202
2022-11-17T03:17:53Z
mh:Ori
Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Pelajar Pengguna Personal Listening Devices (PLDs)
Muyassaroh, Muyassaroh
Dimas, Dimas
Citra, Citra
Latar belakang : Pelajar SMA/sederajat sebagian besar memiliki hobi mendengarkan musik menggunakan personal listening devices (PLDs). Penggunaan PLDs meningkatkan risiko kurang pendengaran sensorineural (KPSN) akibat bising. Pengetahuan yang baik tentang PLDs akan menurunkan risiko KPSN. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan pengetahuan dengan perilaku pelajar pengguna PLDs. Metode : Survey pengguna PLDs pada pelajar SMA/sederajat di kota Semarang bulan Mei 2014. Pengambilan data dilakukan dengan pengisian kuesener terpimpin yang telah diujicobakan. Data dianalisis dengan uji korelasi Spearman. Hasil : Subyek penelitian sebanyak 308 sampel, laki-laki 191 (62,0%) dan perempuan 117 (38,0%). Rerata skor pengetahuan 8,17±1,96 sedangkan rerata skor perilaku 5,35±2,29. Skor pengetahuan berhubungan dengan skor perilaku (p=0,000) dengan tingkat korelasi lemah (r=0,295). Simpulan : Terdapat hubungan pengetahuan dengan perilaku pelajar pengguna PLDs.
RSUP Dr. Kariadi
2017-09-16
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/202
10.36408/mhjcm.v3i1.202
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 3 No 1 (2015): Med Hosp; Mei 2015
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 3 No. 1 (2015): Med Hosp; Mei 2015
2685-7898
2301-4369
eng
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/202/109
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/203
2022-11-17T03:17:53Z
mh:Ori
Hubungan Antara Kadar Homosistein Serum Fase Akut dengan Kemandirian Fungsional Jangka Pendek Pasien Stroke Iskemik
Widyayanto, Isnawan
Latar belakang : Hiperhomosisteinemia merupakan faktor resiko stroke yang dapat dimodifikasi, namun apakah homosistein (Hcy) fase akut salah satu faktor yang mempengaruhi keparahan dan prognosis stroke iskemik masih kontroversi. Penelitian ini bertujuan untuk menilai hubungan antara kadar homosistein serum fase akut dengan kemandirian fungsional stroke iskemik jangka pendek. Metode : Penelitian ini menggunakan rancangan belah lintang, melibatkan 30 pasien stroke iskemik yang dirawat inap di RS. Dr. Kariadi dalam 48 jam sejak onset. Homosistein serum diperiksa dalam kurun 72 jam setelah onset gejala. Kadar homosistein dikategorikan menjadi dua, homosistein tinggi (Hcy>15 ¼mol/l) dan homosistein normal (Hcy<15 ¼mol/l). Keluaran 4 minggu setelah onset dinilai menggunakan Barthel Index (BI). Skor BI ditetapkan mandiri bila skor >95 dan tidak mandiri bila skor <95. Hasil : Sebanyak 30 pasien, 18 (60,0%) laki-laki dan 12 (40,0%) perempuan dengan rerata usia 60,40 ± 7,71 tahun dievalusi. Rerata Hcy puasa semua pasien adalah 14,74 ± 5,47 μmol/L. Empat belas pasien (46,7%) memiliki Hcy tinggi (Hcy >15 ¼mol/L). Rerata Hcy pada subjek yang masuk kategori Hcy tinggi adalah 19,46 ± 3,71 ¼mol/L dan rerata pada subjek dengan Hcy normal adalah 10,61 ± 7,10 ¼mol/L. Rerata BI pada subjek dengan hiperhomosisteinemia adalah 86,79 ± 12,03 dan rerata BI pada subjek dengan kadar homosistein normal adalah 86,88 ± 14,36. Hasil uji Chi-Square menunjukkan tidak terdapat hubungan antara kadar Hcy dengan nilai Barthel Index (BI) (p=0,464). Simpulan : Kadar homosistein fase akut stroke iskemik tidak berhubungan dengan kemandirian fungsional stroke iskemik jangka pendek (4 minggu).
RSUP Dr. Kariadi
2017-09-16
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/203
10.36408/mhjcm.v3i1.203
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 3 No 1 (2015): Med Hosp; Mei 2015
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 3 No. 1 (2015): Med Hosp; Mei 2015
2685-7898
2301-4369
eng
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/203/110
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/204
2022-11-17T03:17:53Z
mh:Ori
Cost Effectiveness Kemoterapi Kombinasi Neoadjuvant Cisplatin - Paclitaxel Dibanding Cisplatin 5 Flourourasil Terhadap Respon Klinis pada Karsinoma Nasofaring
Antono, Dwi
Muyassaroh, Muyassaroh
Sulaksana, Alfian
Latar belakang : Cisplatin merupakan regimen obat sitostatika pilihan pada karsinoma nasofaring. Kemoterapi kombinasi neoadjuvant menghasilkan angka respon lebih tinggi pada KNF stadium lanjut. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui cost effectiveness kemoterapi kombinasi neoadjuvant cis-pac dibanding cis-5FU terhadap respon klinis pada KNF. Metode : Penelitian deskriptif analitik rekam medik penderita KNF yang mendapatkan 3 siklus kemoterapi kombinasi neoadjuvant cis pac atau cis - 5 FU di RSUP Dr. Kariadi Semarang periode Juni 2010 - Juli 2013. Analisis dengan uji Chi Square dan Average Cost Effectiveness Ratio (ACER). Hasil : Didapatkan 45 sampel, 25 mendapat kemoterapi kombinasi neoadjuvant cis-pac dan 20 mendapatkan kemoterapi kombinasi neoadjuvant cis-5FU. Respon klinis kemoterapi kombinasi neoadjuvant cis-pac respon positif (65,7%) dan respon negatif (20%) lebih baik dibanding kemoterapi kombinasi neoadjuvant cis5FU respon positif (34,3%) dan respon negatif (80%) (RP 1,533 dan 95% CI 1,05-2,233). Biaya kemoterapi kombinasi cis-pac lebih murah (86,7%) dibanding kemoterapi kombinasi cis-5FU (13,3%) (RP 5,200 dan 95% CI 1,324-20,416). ACER total biaya kemoterapi kombinasi cis-pac lebih cost effective (190.325,6) dibanding kemoterapi kombinasi cis-5FU (290.604,7). Simpulan : Respon klinis kemoterapi kombinasi neoadjuvant cispac lebih baik dibanding kemoterapi kombinasi neoadjuvant cis5FU. Pemberian kemoterapi kombinasi neoadjuvant cis-pac lebih cost effective dibanding kemoterapi kombinasi neoadjuvant cis5FU.
RSUP Dr. Kariadi
2017-09-16
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/204
10.36408/mhjcm.v3i1.204
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 3 No 1 (2015): Med Hosp; Mei 2015
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 3 No. 1 (2015): Med Hosp; Mei 2015
2685-7898
2301-4369
eng
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/204/111
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/205
2022-11-17T03:17:53Z
mh:Ori
Pengaruh Pemberian Deksametason Terhadap Kadar D Dimer Plasma pada Pasien Tumor Otak
Setiawan, Agus
Pudjonarko, Dwi
Tugasworo, Dodik
Latar belakang : Kanker meningkatkan risiko trombosis dan meningkatkan kadar D dimer melalui disfungsi endotelial akibat VEGF yang diproduksi sel kanker. Terapi deksametason memperbaiki sawar darah otak dengan menurunkan VEGF, sehingga mengurangi edema vasogenik. Deksametason diperkirakan dapat menurunkan kadar D dimer plasma pada pasien tumor otak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara pemberian deksametason dengan kadar Ddimer plasma pasien tumor otak. Metode : Penelitian ini menggunakan model eksperimental kuasi terhadap 17 pasien tumor otak, yang direkrut secara konsekutif, dan tidak dalam kemoterapi atau radioterapi. Diagnosis tumor otak didasarkan pada CT sken kepala dan D dimer plasma diukur dengan ELISA (Sysmex). Seluruh pasien diberikan terapi deksametason, dan kadar D dimer diukur sebelum dan 4 hari setelah pengobatan deksametason. Uji t berpasangan digunakan untuk menguji perubahan kadar D dimer. Hasil : Responden penelitian ini adalah perempuan sebanyak 11 (64,7%) pasien, sedangkan laki-laki sebanyak 6 (35,3%) pasien, dan terbanyak berada kelompok usia 41-50 tahun sebanyak 9 (52,9%) orang. Keadaan hiperkoagulasi (peningkatan kadar D dimer >500 ng/ml) pada sebanyak 6 (35,3%) pasien. Kanker yang paling sering adalah meningioma sebanyak 10 (58,8%) pasien, diikuti oleh glioma sebanyak 4 (23,5%) pasien dan metastase otak pada 3 (17,6%) pasien. Tidak terdapat perbedaan pada kadar D Dimer plasma antara pra dan pasca terapi deksametason (p=0,658). Terdapat hubungan yang bermakna antara jenis tumor otak (intra dan extra-axial) terhadap perubahan kadar D dimer plasma (p=0,029). Simpulan : Pemberian deksametason pada pasien dengan tumor otak tidak mempengaruhi kadar D dimer plasma
RSUP Dr. Kariadi
2017-09-16
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/205
10.36408/mhjcm.v3i1.205
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 3 No 1 (2015): Med Hosp; Mei 2015
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 3 No. 1 (2015): Med Hosp; Mei 2015
2685-7898
2301-4369
eng
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/205/112
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/206
2022-11-17T03:17:53Z
mh:Ori
Pengaruh Pemberian Ekstrak Ikan Gabus terhadap Status Antioksidan Total pada Pasien Stroke Iskemik Akut dengan Riwayat Hipertensi
Kurnianto, Aditya
Retnaningsih, Retnaningsih
Latar belakang : Stroke adalah penyebab utama kematian dan kecacatan yang berdampak pada ketergantungan sosial maupun ekonomi. Insidensi tersering kasus stroke adalah stroke iskemik yang meliputi 70-80% semua kasus. Hipertensi dapat membuat kerusakan pembuluh darah di otak sehingga menyebabkan seseorang memiliki resiko tinggi terkena stroke iskemik. Ekstrak ikan gabus mempunyai kandungan protein dan anti oksidan yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pemberian ekstrak ikan gabus terhadap status antioksidan total (SAT) pada pasien stroke iskemik akut dengan riwayat hipertensi. Metode : Penelitian ini adalah dengan Randomized Pretest-Posttest Control Group Design dan telah dilakukan di Rawat Inap RSUP Dr. Kariadi Semarang dan rumah sakit jejaring dalam rentang waktu empat bulan, yaitu mulai Mei sampai dengan Oktober 2013. Perlakuan dilaksanakan pada 29 subjek stroke iskemik akut dengan riwayat hipertensi selama 7 hari (1 minggu) dengan pemberian ekstrak ikan gabus dengan dosis 15 gram sehari dalam dosis bagi 5 gram per delapan jam. Pemeriksaan laboratorium berupa sampel darah vena untuk pemeriksaan SAT. Data kemudian di uji normalitasnya menggunakan Saphiro Wilk, lalu di analisis menggunakan uji beda Mann-Whitney. Hasil : Terdapat perbedaan bermakna SAT pada suplementasi ekstrak ikan gabus terhadap pasien stroke iskemik akut dengan riwayat hipertensi (p=0,032). Simpulan : Suplementasi ekstrak ikan gabus meningkatkan SAT secara bermakna pada pasien stroke iskemik akut dengan riwayat hipertensi
RSUP Dr. Kariadi
2017-09-16
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/206
10.36408/mhjcm.v3i1.206
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 3 No 1 (2015): Med Hosp; Mei 2015
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 3 No. 1 (2015): Med Hosp; Mei 2015
2685-7898
2301-4369
eng
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/206/113
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/207
2022-11-17T03:17:53Z
mh:Ori
Pengaruh Pemberian Asi Eksklusif dan Non Eksklusif terhadap Mental Emosional Anak Usia 3-4 Tahun
Setyarini, Any
Mexitalia, Maria
Margawati, Ani
Latar belakang : Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik yang mengandung semua unsur zat gizi yang dibutuhkan bayi usia 0-6 bulan. ASI dapat mempengaruhi tumbuh kembang bayi, termasuk perkembangan mental emosional melalui kelekatan yang terbentuk lewat menyusui. Kelekatan yang kurang antara ibu dan bayi dapat menyebabkan timbulnya gangguan mental emosional yang berpengaruh terhadap perkembangan anak pada tahap selanjutnya. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh pemberian ASI eksklusif dan non eksklusif terhadap mental emosional anak usia 3-4 tahun serta menganalisis variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap mental emosional anak usia 3–4 tahun. Metode : Jenis penelitian ini adalah observasional analitik, dengan pendekatan cross sectional. Subjek sebanyak 84 anak usia 3-4 tahun yang berada di wilayah kerja puskesmas Kecamatan Banyumanik Semarang, diambil dengan metode purposive sampling dan dikelompokkan berdasarkan konsumsi ASI anak, ASI eksklusif dan ASI non eksklusif. Data penelitian diperoleh melalui wawancara dengan ibu responden menggunakan kuesioner pemberian ASI dan kuesioner skrining masalah mental mental emosional anak menggunakan SDQ (Strenght and difficulties quotionnare). Analisis data menggunakan uji Chi–Square dan regresi logistik. Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang mengkonsumsi ASI eksklusif sebagian besar (76,2%) tidak memiliki masalah mental emosional, sedangkan anak yang tidak mengkonsumsi ASI eksklusif cenderung memiliki masalah mental emosional (64,3%). Ada hubungan riwayat pemberian ASI (p=0,001), pengetahuan ibu (p=0,001), sikap ibu (p=0,001) dan tingkat pendidikan ibu (p=0,029) terhadap mental emosional anak. Riwayat pemberian ASI merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap mental emosional anak setelah dikontrol oleh pengetahuan ibu, sikap ibu, tingkat pendidikan ibu, dan berat badan lahir anak. Simpulan : Riwayat pemberian ASI, pengetahuan ibu, sikap ibu, dan tingkat pendidikan ibu merupakan faktor yang berpengaruh terhadap mental emosional anak
RSUP Dr. Kariadi
2017-09-16
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/207
10.36408/mhjcm.v3i1.207
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 3 No 1 (2015): Med Hosp; Mei 2015
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 3 No. 1 (2015): Med Hosp; Mei 2015
2685-7898
2301-4369
eng
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/207/114
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/208
2022-11-17T03:17:53Z
mh:Ori
Korelasi Antara Kadar Serum Leptin, Zinc, dan IgE pada Obesitas
Mulyono, Mulyono
Wistiani, Wistiani
Ratih, Dewi
Bakri, Saekhol
Latar belakang : Telah diketahui bahwa kadar serum zinc berhubungan dengan kadar serum leptin pada obesitas. Di sisi lain, penelitian terdahulu menunjukkan hubungan antara obesitas dengan IgE, sebagai penanda atopi, masih inkonsisten. Belum terdapat penelitian yang menilai signifikansi korelasi obesitas dengan serum leptin, zinc, and IgE di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menilai korelasi antara kadar serum leptin, zinc, dan IgE pada anak obesitas. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang, dilakukan di Semarang, melibatkan 80 anak obesitas, laki-laki (n=40) dan perempuan (n=40), berusia 13–14 tahun, dari Januari hingga Desember 2013, dengan kriteria inklusi anak obesitas dan menyetujui informed consent. Riwayat atopi dinilai menggunakan kuesioner International Study of Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC). Pemilihan subyek secara consecutive sampling. Sampel darah diambil untuk pemeriksaan kadar zinc serum menggunakan metode AAS, leptin dan IgE serum menggunakan ELISA. Analisis statistik menggunakan Pearson's correlation test. Hasil : Dari 80 subyek, rata-rata kadar serum leptin adalah 10443,15 (SD=4288,76) pg/ml, kadar serum zinc 83,29 (SD=15,56) ng/dl, kadar serum IgE 103,48 (SD=108,36) IU/ml, secara berturutan. Pengujian statistik dengan Pearson's correlation test, secara statistik tidak terdapat hubungan antara kadar serum leptin dan kadar serum zinc, tidak terdapat hubungan antara kadar serum leptin dan kadar serum IgE, dan tidak terdapat hubungan antara kadar serum zinc dan kadar serum IgE dengan nilai r= 0,137, (p=0,227); r= -0,380, (p=0,741); dan r= -0,146 (p=0,195), secara berurutan. Simpulan : Tidak terdapat hubungan antara kadar serum leptin, zinc dan IgE pada anak obesitas.
RSUP Dr. Kariadi
2017-09-16
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/208
10.36408/mhjcm.v3i1.208
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 3 No 1 (2015): Med Hosp; Mei 2015
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 3 No. 1 (2015): Med Hosp; Mei 2015
2685-7898
2301-4369
eng
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/208/115
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/209
2022-11-17T03:17:53Z
mh:Ori
Pengaruh Suplementasi Kapsul Ekstrak Ikan Gabus terhadap Kadar Albumin dan Berat Badan pada Anak dengan Sindrom Nefrotik
Gilda, Geniza
Muryawan, Heru
Latar belakang : Sindrom nefrotik (SN) merupakan penyakit ginjal terbanyak pada anak. Pengobatan sindrom nefrotik (SN) saat ini belum maksimal. Diet tambahan protein diharapkan meningkatkan kadar albumin serum dan menghilangkan edema sehingga menurunkan berat badan anak SN. Ikan gabus (Ophiocephalus striatus) merupakan sumber protein hewani yang memiliki kadar protein tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh suplementasi kapsul ekstrak ikan gabus terhadap peningkatan kadar albumin serum dan penurunan berat badan pada anak SN. Metode : Penelitian uji klinis dengan historical control dilakukan di poliklinik dan bangsal anak RSUP Dr. Kariadi Semarang, pada 28 anak dengan sindrom nefrotik, yang terbagi dalam 14 orang kelompok perlakuan dan 14 orang kelompok kontrol. Kelompok perlakuan mendapatkan suplementasi kapsul ekstrak ikan gabus 150 mg sebanyak dua kali sehari. Suplementasi ikan gabus diberikan setiap hari selama 14 hari. Kadar albumin dan berat badan diukur sebelum dan setelah suplementasi. Analisis statistik menggunakan uji t independent dan uji Mann Whitney. Hasil : Rerata perubahan kadar albumin pada kelompok perlakuan yaitu 0,92 ± 1,105 g/dL dan kelompok kontrol yaitu 0,57 ± 0,422 g/dL. Rerata perubahan berat badan pada kelompok perlakuan yaitu -0,89 ± 1,576 kg dan kelompok kontrol 0,44 ± 1,823 kg. Terdapat peningkatan kadar albumin (p=0,015) dan penurunan berat badan (p=0,036) pada kelompok perlakuan dibanding kelompok kontrol. Simpulan : Suplementasi kapsul ekstrak ikan gabus dapat meningkatkan kadar albumin dan menurunkan berat badan anak SN
RSUP Dr. Kariadi
2017-09-16
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/209
10.36408/mhjcm.v3i1.209
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 3 No 1 (2015): Med Hosp; Mei 2015
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 3 No. 1 (2015): Med Hosp; Mei 2015
2685-7898
2301-4369
eng
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/209/116
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/210
2022-11-17T03:17:53Z
mh:Ori
Validitas dan Reabilitas TURP Syndrome Tool Assessment
Subrata, Sumarno
Latar belakang : Sindrom TURP adalah salah satu komplikasi pada pasien post TURP. Prevalensi kasus ini di RS PKU Muhammadiyah I Yogyakarta angka mortalitasnya adalah 4,7 % dari 168 tindakan TURP. Kasus ini membutuhkan tindakan preventif salah satunya dengan menyusun tool untuk deteksi dini sindrom TURP. Tujuan: Menilai validitas dan reabilitas tool untuk mendeteksi sindrom TURP. Metode : Metode penelitian ini mixed method. Metode kualitatif dengan action research. Sampel adalah tujuh perawat dan satu urolog. Penelitian mulai April hingga Juni 2014. Instrumennya adalah panduan FGD. Uji validitas menggunakan triangulasi pakar. Metode kuantitatif dengan uji validitas dan reliabilitas. Sampel adalah 21 perawat dan dilakukan pada bulan Juli 2014. Intrumennya adalah kuesioner tanda dan gejala sindrom TURP. Uji validitas dengan product moment pearson dan uji reliabilitas menggunakan alpha cronbach. Dua metode ini dilaksanakan di RS PKU Muhammadiyah I dan II Yogyakarta. Hasil : Metode kualitatif menghasilkan 15 item tanda dan gejala sindrom TURP. Metode kuantitatif dengan uji validitas yang menghasilkan lima belas item valid karena r hitung lebih besar r tabel (n=21 signifikansi 5% nilai 0,433). Hasil uji reliabilitas menghasilkan 0,930, artinya tool ini reliabel. Tool ini mengkategorikan sindrom TURP menjadi empat yaitu negatif, ringan, sedang dan berat. Simpulan : Telah tersusun tool untuk deteksi dini sindrom TURP .
RSUP Dr. Kariadi
2017-09-16
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/210
10.36408/mhjcm.v3i1.210
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 3 No 1 (2015): Med Hosp; Mei 2015
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 3 No. 1 (2015): Med Hosp; Mei 2015
2685-7898
2301-4369
eng
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/210/117
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/211
2022-11-17T03:17:53Z
mh:Ori
FBN1 Mutation Screening in a Marfan Syndrome Patient
Setyawati, Amallia
Maharani, Nani
Faradz, Sultana
Pals, Gerard
Rifqi, Sodiqur
Sungkar, Muhammad
Background : MFS is characterized by variable clinical manifestations mainly in cardiovascular, ocular, and skeletal systems. The major encoding gene of structural constituent of extracellular microfibrils is Fibrillin-1 (FBN1). Approximately 90% of MFS cases are caused by mutations in the FBN1 gene (15q21.1) and the other second is TGFBR2 (3p22) gene. Methods : The UMD database, Ensemble database and VUmc DNA Laboratory database of FBN1 mutations and polymorphisms were used to evaluate the DNA variations. For paternity testing, the PowerPlex system (Promega Corp. USA) was used. A 30-years old was being admitted to the hospital. CKMB and Troponin C serial. A CT angiography was performed and revealed a long type 1 aortic dissection until proximal of bifurcation, the arm span-height ratio is 1.10, high myopia, arachnodactily, positive thumb signs and wrist signs, joint laxity articulation genu, and history of spontaneous pneumothorax. Identified, his mother, two sisters and one brother are clinically MFS. Results : Genetic testing of FBN1 showed a substation at exon 15 of FBN1, c.1924G>T. Discussion: In missense mutations substituting or creating cysteine, the probability of ectopia lentis is significantly higher compared to other missense mutations. The EGF domains are interrupted by seven transforming growth factor (TGF)-binding protein domains characterized by 8 cysteine residues involved in intra-domain disulfide bonds. Conclusion : Untreated, life expectancy of patients with MFS is considerably reduced. Clinical care is complicated by variable age at onset and the wide range of severity of aortic features. Early recognition of affected status hopefully will lead to early prevention of complications that may follow.
RSUP Dr. Kariadi
2017-09-16
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/211
10.36408/mhjcm.v3i1.211
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 3 No 1 (2015): Med Hosp; Mei 2015
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 3 No. 1 (2015): Med Hosp; Mei 2015
2685-7898
2301-4369
eng
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/211/118
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/212
2022-11-17T03:17:53Z
mh:Ori
Pengobatan Rasional pada Ulkus Kornea Bakteri
Novita, Dina
-
RSUP Dr. Kariadi
2017-09-16
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/212
10.36408/mhjcm.v3i1.212
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 3 No 1 (2015): Med Hosp; Mei 2015
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 3 No. 1 (2015): Med Hosp; Mei 2015
2685-7898
2301-4369
eng
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/212/119
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/214
2022-11-17T03:17:43Z
mh:Ori
Peran Aromatase Inhibitor pada Pasien Resisten Clomiphene Citrate
Pramono, Noor
Latar belakang : Penyebab anovulasi oleh WHO diklasifikasikan menjadi 3 kategori berdasar tempat lesinya. WHO tipe 2 (normogonadotropic hypogonadism), paling banyak menjadi penyebab anovulasi, dan paling sering oleh karena PCOS. Induksi ovulasi yang digunakan adalah clomiphene citrate, sebagai lini pertama terapi; dan bila resisten, gagal, dilanjutkan dengan terapi alternatif. Resisten clomiphene citrate (resisten CC) adalah pasien yang gagal berovulasi setelah menerima 150 mg/hari atau 200 mg/hari selama 5 hari, atau tetap anovulasi setelah terapi CC standar (100 mg perhari untuk 5 hari selama 2-3 siklus). Terapi alternatif untuk pasien resisten-CC banyak cara, di antaranya adalah aromatase inhibitor (AI). Review ini bertujuan untuk mempelajari farmakologi, cara kerja, cara pemberian, keberhasilan, dan efek samping AI. Metode : Telaah pustaka Hasil : Generasi ke-3 AI adalah Exemestane, Letrozole (L), dan Anastrozole (A), untuk terapi kanker payudara. L dan A dikenal untuk induksi ovulasi. Induksi ovulasi dengan A 1 mg/hari atau L 2.5 mg/hari selama 5 hari mempunyai keberhasilan yang sama. Pemberian L pada hari ke 3–7 menstruasi, menghambat aromatase di ovarium,terjadi akumulasi androgen intraovarium, sekresi E2 ovarium tertekan akan mengurangi umpan balik negatif-estrogen pada hipothalamus dan pituitari. Terjadi peningkatan sekresi FSH dari pituitari anterior. Akumulasi androgen di dalam folikel akan meningkatkan sensitivitas folikuler terhadap FSH, folikulo genesis yang terjadi menghasilkan folikel multipel. Akhir fase folikuler, pengaruh AI menurun, dan kadar E2 meningkat, terjadi pertumbuhan folikel. Oleh karena AI tidak mempengaruhi pusat reseptor esterogen, kadar E2 yang meningkat berakibat umpan balik negatif normal pada sekresi FSH, folikel yang lebih kecil dari folikel dominan mengalami atresi, dengan hasil ovulasi monofolikuler. L tidak mempunyai efek samping anti estrogenik perifer, dan half-life 48 jam, obat hilang dari tubuh 10 hari setelah obat terakhir, sehingga jarang terjadi simtom antiestrogenik. Efek samping utama adalah hotflash, nyeri otot ringan, dan keluhan gastrointestinal. Terapi A dan L tidak didapati OHSS maupun kehamilan multipel. Tidak mempunyai pengaruh negatif terhadap endometrium maupun mukus serviks. Angka kehamilan dan angka kelahiran hidup cukup tinggi. Dengan L didapatkan untuk angka ovulasi 70-85%, kehamilan 20-27%, tidak menunjukkan adanya peningkatan risiko anomali fetal atau keluaran kehamilan yang merugikan. Angka kehamilan dan kelahiran hidup lebih tinggi daripada CC. Hasil meta-analisis menunjukkan bahwa L lebih unggul dari CC untuk terapi PCOS yang belum pernah menggunakan induksi ovulasi sebelumnya atau resisten CC. Tidak ada beda efektivitas dengan laparoskopi drilling ovarium. Simpulan : Salah satu terapi alternatifpasien resisten CC adalah dengan L 2,5 mg atau A 1 mg perhari pada hari ke 3-7 menstruasi. L dan A tidak berpengaruh negatif pada endometrium maupun mukus serviks, angka ovulasi 70-85%, kehamilan 20-27%, kelahiran hidup cukup tinggi, tidak meningkatan risiko anomali fetal, tidak didapatkan OHSS maupun kehamilan multipel.
RSUP Dr. Kariadi
2017-09-16
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/214
10.36408/mhjcm.v3i2.214
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 3 No 2 (2015): Med Hosp; Nov 2015
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 3 No. 2 (2015): Med Hosp; Nov 2015
2685-7898
2301-4369
eng
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/214/120
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/215
2022-11-17T03:17:43Z
mh:Ori
Perbandingan Efektivitas Klinik Larutan Gentian Violet dengan Mikonazol Krim pada Terapi Otomikosis
Astuti, Enny
Widodo, Pujo
Ruspita, Dian
Muyassaroh, Muyassaroh
Latar belakang : Kejadian otomikosis sekitar 9–40% dari seluruh kasus otitis eksterna. Penatalaksanaan otomikosis meliputi ear toilet secara berkala dan medikamentosa dengan antimikotik yang dapat diberikan secara topikal atau dikombinasi secara sistemik. Antimikotik topikal dapat berupa larutan maupun krim. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektivitas klinik larutan gentian violet 1% dengan mikonazol krim 2% pada terapi otomikosis. Metode : Penelitian quasy eksperimental, dengan desain pre dan post test. Subjek adalah penderita otomikosis. Penegakan diagnosis otomikosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan pengecatan jamur dari Swab CAE. Subjek terdiri dari 2 kelompok terapi yaitu kelompok gentian violet (GV) dan mikonazol krim, dievaluasi keluhan (gatal, discad, nyeri, kurang dengar dan tinitus) dan tanda klinik (discad, edem dan debris CAE) pada hari ke–3,7,10 dan 14. Subjek diberi terapi lanjutan berupa aplikasi ulang GV atau mikonazol, sebelumnya dilakukan ear toilet untuk evaluasi. Pengecatan jamur ulang pada hari ke–7 dan 14. Uji statistik dilakukan menggunakan uji Chi square dan dan Manova. Hasil : Didapatkan 55 subjek otomikosis, 28 subjek kelompok GV dan 27 subjek kelompok mikonazol krim. Jenis kelamin laki-laki ada 25 subjek (45,4%) dan perempuan 30 subjek (54,6%). Kelompok usia terbanyak 41-50 tahun, sebanyak 19 subjek (34,60%). Hasil analisis pasca terapi menunjukkan perbedaan perbaikan keluhan gatal (p=0,009), discad (p=0,005),nyeri (p=0,012), kurang dengar (p=0,015), tinnitus (p=0,009). Terdapat perbedaan tanda klinik: edem CAE (p=0,009), discad (p=0,011), debris (p=0,008). Tidak terdapat perbedaan perubahan hasil pengecatan jamur pada hari ke-7 (p=0,422), dan hari ke-14 (p=1,000). Simpulan : Terapi larutan gentian violet lebih memberikan perbaikan keluhan dan tanda klinik dibanding terapi mikonazol, tetapi tidak berbeda dalam perubahan pengecatan jamur pasca terapi.
RSUP Dr. Kariadi
2017-09-16
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/215
10.36408/mhjcm.v3i2.215
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 3 No 2 (2015): Med Hosp; Nov 2015
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 3 No. 2 (2015): Med Hosp; Nov 2015
2685-7898
2301-4369
eng
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/215/121
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/216
2022-11-17T03:17:43Z
mh:Ori
Faktor Risiko Kurang Pendengaran Sensorineural Pada Penderita Penyakit Jantung Koroner
Muyassaroh, Muyassaroh
Windi, Ika
Latar belakang : Kurang pendengaran sensorineural (KPSN) dapat terjadi pada penderita jantung koroner yang mendapat pengobatan aspirin atau yang disertai dengan penyakit penyerta hipertensi, diabetes melitus atau hiperlipidemia. penyakit kardiovaskuler dan gangguan arteri perifer berhubungan dengan gambaran audiogram berupa penurunan ambang dengar pada frekuensi rendah Metode : Design penelitian belah lintang. Penelitian di unit jantung RSUP Dr. Kariadi Semarang. Pengambilan sampel dengan cara consecutive sampling. Sampel yang telah ditentukan sebanyak 78. Semua sampel dilakukan pemeriksaan audiometri nada murni dengan hasil KPSN. Penggunaan aspirin dosis rendah, riwayat hipertensi, DM, hiperkolesterol, hiperlipidemi didapatkan dari kuesener dan Rekam medik. Dilakukan pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan laboratorium darah. Analisis data dengan uji Chi square dan regresi logistik. Protokol penelitian telah disetujui oleh Komisi Etik Penelitian Kedokteran FK UNDIP / RSUP Dr. Kariadi Semarang. Hasil : Didapatkan 78 subyek terdiri dari 47 (60,3%) laki-laki dan 31 (39,7%) perempuan. Sebagian besar subjek penelitian (70,6%) berusia 51–60 tahun. Kejadian KPSN pada penyakit jantung koroner sebanyak 46 (59%). Hipertensi (p=0,743, RP=1,167, 95%CI=0,463–2,944), DM (p=0,219, RP=1,905, 95%CI=0,677–5,36), Hiperlipidemi (p=0,414, RP=1,462, 95% CI=0,587–3,638) tidak bermakna terhadap kejadian KPSN. Didapatkan perbedaan bermakna pada penggunaan aspirin dosis rendah (p=0,023, RP=0,3, 95% CI=0,104–0,868). Simpulan : Hipertensi, DM, Hiperlipidemi bukan merupakan faktor risiko KPSN. Penggunaan aspirin dosis rendah merupakan faktor protektif terhadap KPSN.
RSUP Dr. Kariadi
2017-09-16
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/216
10.36408/mhjcm.v3i2.216
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 3 No 2 (2015): Med Hosp; Nov 2015
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 3 No. 2 (2015): Med Hosp; Nov 2015
2685-7898
2301-4369
eng
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/216/122
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/217
2022-11-17T03:17:43Z
mh:Ori
Pengaruh Pemberian Metilprednisolon Oral Terhadap Perubahan Kadar C-Reactive Protein Penderita Kanker Kepala Leher yang Diberikan Radioterapi
Palupi, Hesti
Muyassaroh, Muyassaroh
Antono, Dwi
Latar belakang : Radioterapi dapat memberikan efek inflamasi terus menerus pada kanker kepala leher (KKL). C-reactive protein (CRP) merupakan protein fase akut sebagai parameter status inflamasi terkini. Metilprednisolon bekerja pada efektor akhir untuk menginhibisi inflamasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengaruh pemberian metilprednisolon terhadap kadar CRP pada penderita KKL yang mendapat radioterapi. Metode : Penelitian intervensi yang membandingkan perubahan kadar CRP pasien KKL dengan radioterapi antara kelompok yang diberikan metilprednisolon (n=15) dan yang tidak diberikan metilprednisolon (n=15) pada sebelum, 7 kali radioterapi dan 14 kali radioterapi. Hasil : Hasil penelitian didapatkan peningkatan bermakna kadar CRP pada kelompok metilprednisolon dan kontrol setelah 7 kali radioterapi (p<0,05). Perbedaan bermakna perubahan kadar CRP antara kelompok metilprednisolon dan kontrol setelah 14 kali radioterapi (p<0,05). Simpulan : Pemberian metilprednisolon dapat mempengaruhi perubahan kadar CRP pasien KKL yang diberikan radioterapi
RSUP Dr. Kariadi
2017-09-16
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/217
10.36408/mhjcm.v3i2.217
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 3 No 2 (2015): Med Hosp; Nov 2015
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 3 No. 2 (2015): Med Hosp; Nov 2015
2685-7898
2301-4369
eng
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/217/123
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/218
2022-11-17T03:17:43Z
mh:Ori
Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Perkembangan Ketrampilan Makan Bayi Usia 6-12 Bulan
Nurcahyani, Budi
Mexitalia, Maria
Susanto, J
Sakundarno, M
Latar belakang : Walaupun WHO tahun 2001 telah mengeluarkan deklarasi tentang ASI eksklusif sampai bayi usia 6 bulan, tetapi sebagian besar bayi tidak mendapatkan ASI eksklusif. Ketrampilan makan bayi yang diawali dengan belajar menyusu ibu, secara bertahap diikuti dengan belajar mengkonsumsi berbagai jenis makanan pendamping ASI dan selanjutnya beraneka ragam makan lain yang biasa dikonsumsi oleh anak yang lebih besar atau orang dewasa. Perkembangan motorik kasar, motorik halus, motorik oral, merupakan dasar penilaian ketrampilan makan dan pemberian makanan tambahan pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemberian ASI eksklusif dengan perkembangan ketrampilan makan pada bayi. Metode : Desain penelitian ini adalah longitudinal prospektif dengan subyek bayi usia 6 -2 bulan di Kelurahan Sendangguwo, Kecamatan Tembalang-Semarang. Subyek penelitian terdiri dari 69 bayi. Diikuti lama pemberian ASI eksklusif, cara pemberian makan, jenis makanan yang diberikan. Kemudian dinilai perkembangan motorik oral, motorik kasar, motorik halus dan ketrampilan makan setiap bulan sampai anak usia 12 bulan. Hasil : Dari total sampel 69 bayi, terdapat 23 bayi yang mendapatkan ASI eksklusif selama 4 bulan dan 46 bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif. Rerata pemberian ASI eksklusif selama 2,31 bulan. Pemberian ASI eksklusif paling lama pada ibu dengan pendidikan sedang. Perkembangan motorik kasar, motorik halus, motorik oral pada penelitian ini memiliki kisaran umur yang luas. Tidak terdapat perbedaan bermakna antara kelompok bayi yang mendapat ASI eksklusif 4 bulan dan bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif dengan perkembangan ketrampilan makan pada bayi usia 6 bulan, 9 bulan dan 12 bulan. Pada usia 12 bulan didapatkan semua bayi mempunyai ketrampilan makan sesuai umur. Simpulan : Tidak ada perbedaan yang bermakna pada perkembangan ketrampilan makan antara kelompok bayi yang mendaptkan ASI eksklusif 4 bulan dan kelompok bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif.
RSUP Dr. Kariadi
2017-09-16
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/218
10.36408/mhjcm.v3i2.218
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 3 No 2 (2015): Med Hosp; Nov 2015
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 3 No. 2 (2015): Med Hosp; Nov 2015
2685-7898
2301-4369
eng
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/218/124
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/219
2022-11-17T03:17:43Z
mh:Ori
Hubungan Radioterapi dengan Kejadian Depresi pada Pasien Lansia dengan Kanker Kepala Leher
Sekarnegari, Gendis
Latar belakang : Laju pertumbuhan penduduk usia lanjut mengalami peningkatan yang konstan terutama di negara-negara berkembang. Pertumbuhan ini diiringi dengan prevalensi penyakit yang meningkat, salah satunya kanker kepala dan leher. Radioterapi yang merupakan modalitas utama kanker kepala dan leher dapat memberikan efek yang buruk bagi keadaan psikososial pasien, termasuk depresi. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur hubungan antara radioterapi dengan skor Geriatric Depression Scale (GDS) pada dua kelompok sampel; pasien yang belum dan sedang menjalani radioterapi. Metode : Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional pada 28 pasien usia lanjut dengan kanker kepala dan leher di Instalasi Radioterapi RSUP Dr. Kariadi Semarang sejak bulan April hingga Agustus 2015. Karakteristik sosiodemografis dan data klinis yang mencakup diagnosis kanker, stadium dan frekuensi radioterapi adalah data sekunder yang diambil dari catatan medik, diikuti oleh wawancara berbasis kuesioner. Analisis statistik menggunakan Independent T-test dan uji korelasi Pearson. Hasil : Rerata total skor GDS berbeda secara signifikan pada pasien yang belum menjalani terapi dan pada pasien yang sedang menjalani terapi dengan skor masing-masing 2,64 dan 6,64 (p=0,01). Terdapat hubungan signifikan positif kuat antara radioterapi dengan kejadian depresi (p=0,006, r=0,507). Stadium kanker memiliki korelasi yang sangat lemah terhadap skor GDS (r=0,141) Simpulan : Terdapat hubungan antara kejadian depresi dengan paparan terhadap radioterapi pada pasien usia lanjut dengan kanker kepala dan leher
RSUP Dr. Kariadi
2017-09-16
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/219
10.36408/mhjcm.v3i2.219
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 3 No 2 (2015): Med Hosp; Nov 2015
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 3 No. 2 (2015): Med Hosp; Nov 2015
2685-7898
2301-4369
eng
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/219/125
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/220
2022-11-17T03:17:43Z
mh:Ori
Hubungan Antara Tingkat Depresi pada Penderita Kanker Payudara Lanjut Lokal dengan Kadar Kortisol Serum Darah
Budijitno, Selamat
Latar belakang : Stress neurologis, melalui sitokin-sitokin internal di dalam sawar otak akan menyebabkan sekresi kortisol oleh kelenjar adrenal melalui HPA axis. Tujuan penelitian ini adalah membuktikan bahwa terdapat korelasi antara pengaruh depresi terhadap kadar kortisol pada penderita tumor payudara stadium III B. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian klinis CrossSectional, yang dilakukan pada 40 pasien wanita penderita kanker payudara duktal invasif stadium lanjut lokal (stadium IIIA, IIIB, dan IIIC). Tingkat depresi diukur dengan quesioner standar Beck Depression Inventory (BDI). Kadar kortisol dihitung dengan metode ELISA, dan diambil dari serum sampel pada jam 09.0010.00. Hasil : Kadar kortisol rerata 254,98; SD 48,65 ng/ml, hasil BDI minimum 4, maksimal 9, dengan median 7. Berdasarkan hasil Spearman corellation terdapat hubungan bermakna antara nilai BDI dengan kadar kortisol (p<0,001, r=0,868). Simpulan : Sesuai dengan teori yang ada, kadar kortisol berhubungan erat dengan ekspresi kortisol. Proses sitokin-sitokin internal di otak pada pasien dengan IDC masih berlangsung sesuai teori, tetapi hal ini masih perlu diteliti lebih lanjut lagi. Pada penelitian ini juga terbukti quesioner BDI mempunyai korelasi yang kuat untuk pengukuran tingkat depresi yang dilihat dari parameter kortisol.
RSUP Dr. Kariadi
2017-09-16
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/220
10.36408/mhjcm.v3i2.220
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 3 No 2 (2015): Med Hosp; Nov 2015
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 3 No. 2 (2015): Med Hosp; Nov 2015
2685-7898
2301-4369
eng
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/220/126
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/221
2022-11-17T03:17:43Z
mh:Ori
Pengaruh Pesan Gizi Singkat dan Pendidikan Gizi terhadap Praktik Makan Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Salatiga
Simanjuntak, Rohani
Latar belakang : Rendahnya tingkat kecukupan energi dan protein pada pasien rawat inap di rumah sakit disebabkan oleh rendahnya asupan makanan rumah sakit. Pesan gizi singkat dan pendidikan gizi dapat mempengaruhi praktik makan pasien sehingga meningkatkan pengetahuan, sikap, tingkat kecukupan energi dan protein. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemberian pesan gizi singkat dan pendidikan gizi terhadap praktik makan pasien rawat inap di RSUD Salatiga. Metode : Quasi experimental dengan rancangan pre-test post-test design with control group. Kelompok perlakuan (38 responden) mendapatkan makanan rumah sakit (3 hari) disertai pesan gizi singkat dan pendidikan gizi dari ahli gizi (2 hari). Kelompok kontrol (38 responden) hanya mendapatkan makanan rumah sakit (3 hari). Skor pengetahuan dan sikap diperoleh melalui wawancara menggunakan kuesioner terstruktur. Tingkat kecukupan energi dan protein diperoleh dari hasil konversi asupan makanan rumah sakit (comstock) dan asupan makanan luar rumah sakit (recall 24 jam). Hasil : Tidak ada perbedaan skor pengetahuan, sikap, tingkat kecukupan energi dan protein sebelum intervensi antara kelompok perlakuan dan kontrol. Setelah intervensi, pada kelompok perlakuan ada peningkatan skor pengetahuan dari 60±15,54 menjadi 92,5+8,48, skor sikap dari 19,5±5,5 menjadi 24±4,79, tingkat kecukupan energi makanan rumah sakit dari (53,4±8,8)% menjadi (92,5±11,3)%, tingkat kecukupan energi total dari (51,9±11,9)% menjadi (98,7±13,1)%, tingkat kecukupan protein makanan rumah sakit dari (50,3±15,3)% menjadi (103,0±17,9)% dan tingkat kecukupan protein total dari (51,02±16,8)% menjadi (107±19,0)%. Tidak ada peningkatan skor pengetahuan, sikap, tingkat kecukupan energi dan protein pada kelompok kontrol.Pemberian pesan gizi singkat dan pendidikan gizi meningkatkan skor pengetahuan, sikap, tingkat kecukupan energi dan protein dari makanan rumah sakit dan total. Pemberian pesan gizi singkat dan pendidikan gizi tidak berpengaruh terhadap tingkat kecukupan energi dan protein makanan luar rumah sakit (p= 0,76 dan p=0,86). Simpulan : Pemberian pesan gizi singkat dan pendidikan gizi meningkatkan skor pengetahuan, sikap, tingkat kecukupan energi dan tingkat kecukupan protein makanan rumah sakit dan total.
RSUP Dr. Kariadi
2017-09-16
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/221
10.36408/mhjcm.v3i2.221
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 3 No 2 (2015): Med Hosp; Nov 2015
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 3 No. 2 (2015): Med Hosp; Nov 2015
2685-7898
2301-4369
eng
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/221/127
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/222
2022-11-17T03:17:43Z
mh:Ori
Penelitian Kualitatif tentang Pengobatan Infeksi Menular Seksual pada Wanita Pekerja Seks di Salatiga
Astuti, Lestari
Nurhudhariani, Rose
Eka, Reny
Latar belakang : Dinas Kesehatan Kota Salatiga memiliki data Infeksi Menular Seksual tahun 2013 sebesar 1096 kasus. Tahun 2014 dari bulan Januari sampai November sebesar 1085 kasus. Kasus Infeksi Menular Seksual di Puskesmas Sidorejo Lor mengalami kenaikan dari tahun 2013 yaitu terdapat 96 kunjungan Infeksi Menular Seksual. Sedangkan pada tahun 2014 terdapat kunjungan Infeksi Menular Seksual sebanyak 133. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi upaya Wanita Pekerja Seks melakukan pengobatan Infeksi Menular Seksual, perilaku Wanita Pekerja Seks dalam menjalani aktivitas seks tanpa menularkan Infeksi Menular Seksual pada pelanggan dan dukungan pengelola resosialisasi dan tenaga kesehatan terhadap upaya penatalaksanaan pengobatan Infeksi Menular Seksual pada Wanita Pekerja Seks. Metode : Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data dengan wawancara mendalam. Jumlah informan adalah 3 Wanita Pekerja Seks yang positif terkena Infeksi Menular Seksual di Resosialisasi Sarirejo Kota Salatiga. Hasil : Didapatkan informasi tentang cara pengobatan Wanita Pekerja Seks terhadap Infeksi Menular Seksual yakni melalui pengobatan medis yang dilakukan oleh tenaga kesehatan serta ada beberapa yang memiliki kebiasaan dengan meminum jamu dan cebok menggunakan daun sirih. Selama menjalani pengobatan, Wanita Pekerja Seks mengurangi aktivitas seksnya dan selalu menggunakan kondom. Dukungan pengelola resosialisasi dan petugas kesehatan sangat besar terhadap pengobatan Wanita Pekerja Seks
RSUP Dr. Kariadi
2017-09-16
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
application/pdf
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/222
10.36408/mhjcm.v3i2.222
JOURNAL OF CLINICAL MEDICINE; Vol 3 No 2 (2015): Med Hosp; Nov 2015
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine; Vol. 3 No. 2 (2015): Med Hosp; Nov 2015
2685-7898
2301-4369
eng
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/222/128
8756c6eb8d3aa06310e9140a23f1ca24