Peran Aromatase Inhibitor pada Pasien Resisten Clomiphene Citrate

Authors

  • Noor Pramono

DOI:

https://doi.org/10.36408/mhjcm.v3i2.214

Abstract

Latar belakang : Penyebab anovulasi oleh WHO diklasifikasikan menjadi 3 kategori berdasar tempat lesinya. WHO tipe 2 (normogonadotropic hypogonadism), paling banyak menjadi penyebab anovulasi, dan paling sering oleh karena PCOS. Induksi ovulasi yang digunakan adalah clomiphene citrate, sebagai lini pertama terapi; dan bila resisten, gagal, dilanjutkan dengan terapi alternatif. Resisten clomiphene citrate (resisten CC) adalah pasien yang gagal berovulasi setelah menerima 150 mg/hari atau 200 mg/hari selama 5 hari, atau tetap anovulasi setelah terapi CC standar (100 mg perhari untuk 5 hari selama 2-3 siklus). Terapi alternatif untuk pasien resisten-CC banyak cara, di antaranya adalah aromatase inhibitor (AI). Review ini bertujuan untuk mempelajari farmakologi, cara kerja, cara pemberian, keberhasilan, dan efek samping AI. Metode : Telaah pustaka Hasil : Generasi ke-3 AI adalah Exemestane, Letrozole (L), dan Anastrozole (A), untuk terapi kanker payudara. L dan A dikenal untuk induksi ovulasi. Induksi ovulasi dengan A 1 mg/hari atau L 2.5 mg/hari selama 5 hari mempunyai keberhasilan yang sama. Pemberian L pada hari ke 3–7 menstruasi, menghambat aromatase di ovarium,terjadi akumulasi androgen intraovarium, sekresi E2 ovarium tertekan akan mengurangi umpan balik negatif-estrogen pada hipothalamus dan pituitari. Terjadi peningkatan sekresi FSH dari pituitari anterior. Akumulasi androgen di dalam folikel akan meningkatkan sensitivitas folikuler terhadap FSH, folikulo genesis yang terjadi menghasilkan folikel multipel. Akhir fase folikuler, pengaruh AI menurun, dan kadar E2 meningkat, terjadi pertumbuhan folikel. Oleh karena AI tidak mempengaruhi pusat reseptor esterogen, kadar E2 yang meningkat berakibat umpan balik negatif normal pada sekresi FSH, folikel yang lebih kecil dari folikel dominan mengalami atresi, dengan hasil ovulasi monofolikuler. L tidak mempunyai efek samping anti estrogenik perifer, dan half-life  48 jam, obat hilang dari tubuh 10 hari setelah obat terakhir, sehingga jarang terjadi simtom antiestrogenik. Efek samping utama adalah hotflash, nyeri otot ringan, dan keluhan gastrointestinal. Terapi A dan L tidak didapati  OHSS maupun kehamilan multipel. Tidak mempunyai pengaruh negatif terhadap endometrium maupun mukus serviks. Angka kehamilan dan angka kelahiran hidup cukup tinggi. Dengan L didapatkan untuk angka ovulasi 70-85%, kehamilan 20-27%, tidak menunjukkan adanya peningkatan risiko anomali fetal atau keluaran kehamilan yang merugikan. Angka kehamilan dan kelahiran hidup lebih tinggi daripada CC. Hasil meta-analisis menunjukkan bahwa L lebih unggul dari CC untuk terapi PCOS yang belum pernah menggunakan induksi ovulasi sebelumnya atau resisten CC. Tidak ada beda efektivitas dengan laparoskopi drilling ovarium. Simpulan : Salah satu terapi alternatifpasien resisten CC adalah dengan L 2,5 mg atau A 1 mg perhari pada hari ke 3-7 menstruasi. L dan A tidak berpengaruh negatif pada endometrium maupun mukus serviks, angka ovulasi 70-85%, kehamilan 20-27%, kelahiran hidup cukup tinggi, tidak meningkatan risiko anomali fetal, tidak didapatkan OHSS maupun kehamilan multipel.

Downloads

Download data is not yet available.

Author Biography

Noor Pramono

Departemen Obstetri dan Ginekologi, Divisi Endokrinologi Reproduksi, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro / RSUP. Dr. Kariadi Semarang

Additional Files

Published

2017-09-16

How to Cite

1.
Pramono N. Peran Aromatase Inhibitor pada Pasien Resisten Clomiphene Citrate. Medica Hospitalia J. Clin. Med. [Internet]. 2017 Sep. 16 [cited 2024 Nov. 21];3(2). Available from: http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/view/214

Issue

Section

Original Article

Citation Check